Penanganan Corona
Dua Bulan Lagi Puasa, Kasus Covid-19 Melonjak Lagi - Serbuan Komentar Warganet di Medsos
Direktur P2P Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menampik bahwa kenaikan kasus Covid-19 tergantung suatu peringatan keagamaan.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - "Wis mendekati puasa, corona bakal melonjak lagi".
Demikian narasi yang tertulis di sebuah akun Facebook pada 27 Januari 2022.
Dari unggahan narasi terhadap kasus Covid-19 tersebut pun menjadi ramai sebagai bahan perbincangan di media sosial (medsos).
Lalu bagaimana komentar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes)?
Baca juga: Janganlah Mengusir Tikus di Geladak dengan Membakar Kapalnya - KPK Menyoal Kasus M Ardian Noervianto
Baca juga: Tidur Alas Kardus Bertarif Rp 30 Ribu, Pengakuan Napi Lapas Cipinang Jakarta, Dibayarkan Tiap Minggu
Baca juga: Badai Covid-19 Melanda Liga 1, Persija Jakarta Sudah Miliki Strategi Khusus, Ini Kata Dokter Donny
Baca juga: Satgas Jogo Tonggo Diaktifkan Lagi di Pekalongan, Langkah Dini Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan melalui Kompas.com, ada sejumlah warganet membagikan narasi tersebut melalui akun media sosialnya.
Akun Facebook lainnya juga menuliskan narasi serupa.
"Inilah Negaraqu, klo udh mau Nyampek bulan puasa Corona monculll Lg," demikian tulis akun ini pada Selasa (1/2/2022).
Hingga Kamis (3/2/2022) siang, unggahan tersebut telah disukai 674 kali, dibagikan satu kali, dan dikomentari 228 kali.
Lantas, benarkah kenaikan kasus Covid-19 tergantung suatu peringatan keagamaan?
Dibantah Kemenkes
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menampik bahwa kenaikan kasus Covid-19 tergantung suatu peringatan keagamaan.
"Enggaklah, (kenaikan kasus Covid-19) ini kan bukan tergantung suatu peringatan keagamaan," ujar Nadia seperti dilansir dari Kompas.com, Jumat (4/2/2022).
Menurut Nadia, mendekati bulan puasa seperti saat ini, banyak digunakan oleh masyarakat untuk pulang kampung dalam rangka melakukan misalnya ziarah kubur.
"Sehingga mobilitas kan meningkat."
"Jadi ini yang menyebabkan kasus meningkat dan juga karena protokol kesehatan," imbuhnya.