Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Djoko Subinarto : Menyoal Peran Jurnalisme Hijau

MEDIA memiliki peran penting dalam membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga, memelihara dan merawat lingkungan kita, yang nyatanya semakin hari se

Tribun Jateng
Djoko Subinarto 

Oleh  Djoko Subinarto

Kolumnis dan Blogger

MEDIA memiliki peran penting dalam membangun kesadaran masyarakat untuk menjaga, memelihara dan merawat lingkungan kita, yang nyatanya semakin hari semakin melorot kualitasnya.

Seperti sama-sama kita ketahui, kondisi lingkungan hidup di negara kita sekarang ini cenderung kian amburadul. Degradasi lingkungan makin nyata kita saksikan di mana-mana.

Bencana ekologis semakin mudah terjadi dan kemudian menjadi langganan yang rutin datang merundung banyak wilayah negeri ini.

Sekadar ilustrasi, sepanjang tahun 2022 lalu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sedikitnya 3.531 kali bencana terjadi di negara kita.

Dari jumlah tersebut, bencana banjir paling mendominasi, dengan total 1.524 kejadian. Selanjutnya, cuaca ekstrem sebanyak 1.061, tanah longsor 634, kebakaran hutan dan lahan 252, gelombang pasang dan abrasi 26, serta sisanya gempa bumi, erupsi gunung api, dan kekeringan.

Pertanyaannya adalah, bagaimana kontribusi jurnalisme bagi munculnya solusi-solusi jitu atas problem-problem lingkungan sehingga pada akhirnya mampu mendorong terciptanya lingkungan yang semakin baik?

Meningkatkan kesadaran

Secara umum, jurnalisme berkaitan dengan segala aktivitas pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi untuk khalayak.

Salah satu fungsi penting jurnalisme adalah untuk meningkatkan kesadaran khalayak atas sejumlah isu yang berkembang dalam masyarakat.

Fungsi penting lainnya adalah mengubah dan membentuk opini publik dan mendorong pengambilan keputusan -- baik di level personal, sosietal maupun institusional.

Sebagaimana kita ketahui, berbagai isu berkembang dan bergulir di tengah masyarakat. Isu-isu itu kemudian ditangkap media, dipilah, diolah dan kemudian disajikan dalam berbagai kemasan informasi yang layak konsumsi.

Sebagai sebuah entitas bisnis, media, dalam hal ini media arus utama (main stream), senantiasa mengkalkulasi isu-isu mana yang layak jual sehingga mampu menarik pembaca, pemirsa, pendengar dan -- tentu saja -- pengiklan, yang ujungnya berimbas pada perolehan profit finansial bagi perusahaan media.

Sudah barang tentu, ini bisa dimaklumi. Bagaimanapun, di zaman padat modal seperti sekarang ini, pengelola media perlu dukungan dana yang tidak sedikit untuk bisa terus bertahan dalam persaingan bisnis media yang kian sengit. Jujur saja, tidak ada institusi media yang berdiri sekarang ini dengan hanya bermodal hitung-hitungan idealisme belaka.

Tapi, selalu dibarengi dengan hitung-hitungan bisnis. Karenanya, tidak perlu heran jika, misalnya, kian banyak pengelola media yang cenderung lebih mementingkan soal target perolehan iklan ketimbang bagaimana caranya membuat masyarakatnya lebih pintar.

Pertimbangan bisnis

Meskipun pertimbangan bisnis menjadi hal pokok dalam menjalankan media dewasa ini, sesungguhnya tidak sepantasnya aspek-aspek idealisme ditinggalkan.

Bagaimanapun, media tetap memiliki kewajiban untuk senantiasa menjunjung idealisme yang muaranya adalah kebaikan bagi masyarakat luas.

Sejarah mencatat dengan gamblang bahwa media kita -- baik itu pers, radio maupun televisi -- lahir dari spirit media perjuangan yang sarat idealisme dan bukan dari spirit media kapitalistik yang sarat pragmatisme ekonomi.

Dalam konteks inilah aktivitas jurnalisme harus dipahami bukan hanya sebatas pengumpulan, pengolahan dan pendistribusian informasi semata demi mendulang pundi-pundi profit.

Namun, bagaimana informasi yang dihasilkan dan kemudian disajikan pada akhirnya bisa meningkatkan kesadaran khalayak, mengubah dan membentuk opini publik bahkan mendorong pengambilan keputusan secara tepat demi tujuan kebaikan bersama.

Jurnalisme lingkungan

Munculnya berbagai masalah lingkungan dalam masyarakat dengan aneka dampak yang ditimbulkannya rupanya tidak luput dari perhatian para praktisi jurnalisme di media arus utama, yang akhirnya memunculkan istilah jurnalisme lingkungan atau jurnalisme hijau.

Di Barat, -- tempat jurnalisme modern lahir -- istilah jurnalisme lingkungan baru muncul di tahun 1960-an, seiring tumbuhnya sejumlah gerakan lingkungan (environmental movement) untuk meningkatkan kesadaran masyarakat ihwal adanya berbagai krisis lingkungan.

Menurut The Reporter's Environmental Handbook yang ditulis keroyokan oleh Michael Greenberg, Bernadette West dan Peter M Sandman (1995), sebagian besar jurnalis lingkungan menganggap masalah air, polusi udara dan pengelolaan sampah sebagai isu-isu yang paling penting untuk diangkat dewasa ini.

Dalam konteks Indonesia sendiri, meskipun sejauh ini isu lingkungan masih kalah seksi dibandingkan dengan -- ambil contoh -- isu terorisme, korupsi pejabat publik atau pun kasus-kasus skandal pribadi di lingkungan pesohor, secara perlahan media-media arus utama kita mulai mau memberikan porsi perhatian, walau masih belum terlalu besar, kepada persoalan lingkungan.

Contohnya, semakin banyak media di negara kita saat ini yang berkenan menambah bidang liputannya (beat) untuk isu-isu lingkungan. Sementara itu, di ranah daring (online), mulai bermunculan pula laman-laman (website) berita yang secara khusus fokus pada isu-isu lingkungan.

Hal demikian tentu saja menggembirakan. Sebagai institusi yang memiliki peran dan fungsi antara lain sebagai kontrol sosial dan agen perubahan, media sudah sewajarnya ikut menaruh perhatian yang lebih serius kepada masalah-masalah lingkungan. Lebih-lebih lagi dikaitkan dengan kenyataan di mana berbagai masalah lingkungan semakin kerap membelit negeri ini.

Pada titik inilah peran jurnalisme lingkungan diharapkan dapat memberikan kontribusi terbesarnya bagi masyarakat kita.

Melalui pemberitaan, laporan serta analisis yang berkualitas dan akurat seputar isu-isu lingkungan diharapkan dapat semakin membentuk kesadaran masyarakat kita ihwal pentingnya menjaga, memelihara dan merawat lingkungan kita yang nyatanya semakin hari semakin melorot kualitasnya.

Dengan kian terbentuknya kesadaran masyarakat ihwal pentingnya menjaga, memelihara, dan merawat lingkungan, pada gilirannya diharapkan bakal muncul berbagai solusi bijak dan jitu atas aneka persoalan lingkungan di sekitar kita, yang pada akhirnya mendorong terwujudnya kualitas lingkungan hidup yang semakin baik. (*)

Baca juga: SOSOK! Liem Bwan Tjie Arsitek Keturunan Tionghoa Pertama Kota Semarang Yang Mendunia 

Baca juga: HGN ke-63, Dinkes Pekalongan dukasi Masyarakat Pemenuhan Gizi Balita dengan Prohe

Baca juga: BHP Semarang Laksanakan Tugas & Fungsi, Selaku Wali Pengawas Dari Rahmawati Ekantri

Baca juga: Sedang Berlangsung Babak I Skor 0-0 Bali United Vs Persib Bandung Liga 1, Tonton Streaming di Sini

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved