Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Benny Santoso sang Tempeman, Superhero Gastrodiplomasi Indonesia

Sesuai nama akun Instagram pribadinya, @ini.tempeman, Benny Santoso (28) memilih julukan “Tempeman”.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rival al manaf
Dokumentasi Tempeman
Produk cookies tempe dari Tempeman 

TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sesuai nama akun Instagram pribadinya, @ini.tempeman, Benny Santoso (28) memilih julukan “Tempeman” sebagai penjenamaan (branding) bagi dirinya dan produk olahan tempe kreasinya.

Konsep penamaan ini mengingatkan kita pada pakem nama karakter pahlawan super fiktif dari Negeri Paman Sam. Sebut saja satu di antaranya: Spider-Man. 

Meski mungkin terkesan melebih-lebihkan, Benny memang bisa dibilang sebagai “pahlawan super” dalam bidang gastrodiplomasi.

Istilah gastrodiplomasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai diplomasi yang menggunakan makanan sebagai media meningkatkan citra dan membentuk reputasi tertentu bagi sebuah negara dalam kancah internasional. 

Istilah “gastro-diplomacy” kali pertama digunakan oleh media The Economist dalam laporan mereka pada awal 2002. 

Laporan tersebut memberitakan kesuksesan Pemerintah Thailand memanfaatkan kuliner tradisional mereka sebagai “senjata utama” dalam diplomasi luar negeri.

Sebagaimana Spider-Man yang punya kekuatan laba-laba untuk melawan penjahat, Benny punya kekuatan tempe, pusaka kuliner warisan leluhur Nusantara, sebagai modal utama memperkuat posisi Indonesia dalam percaturan kebudayaan global.

Misi utama Benny sebagai pahlawan super gastrodiplomasi adalah menjadikan tempe, makanan favoritnya sejak kecil, sebagai bagian penting wajah kebudayaan Indonesia di mata dunia. 

Sebagaimana warga dunia mengasosiasikan Italia dengan pizza, Jepang dengan sushi, dan Thailand dengan tom yam, Benny ingin tempe menjadi “tanda pengenal” penting bagi Indonesia.

Untuk menyukseskan misi tersebut, sejak 2016 Benny menekuni dunia usaha. Dia menghasilkan aneka produk inovatif olahan tempe dengan merek “iniTempe Bali” yang belakangan di-rebranding menjadi "Tempeman".

Pemuda asal Surakarta, Jawa Tengah, ini menciptakan berbagai kreasi olahan tempe dari tempat produksi di Angantaka, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung, Bali. 

Dia juga aktif memperkenalkan tempe khas Indonesia kepada masyarakat internasional melalui kegiatan lokakarya (workshop), baik di dalam maupun luar negeri.

Untuk menggunakan tempe sebagai senjata diplomasi budaya, tentu mula-mula kita harus yakin bahwa tempe memang milik Indonesia

Sementara, sejumlah negara lain juga punya olahan kedelai serupa, sebut saja Jepang dan Malaysia. 

Apa buktinya bahwa tempe benar-benar milik Indonesia?

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved