Benny Santoso sang Tempeman, Superhero Gastrodiplomasi Indonesia
Sesuai nama akun Instagram pribadinya, @ini.tempeman, Benny Santoso (28) memilih julukan “Tempeman”.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rival al manaf
“Kami ingin jadi pelopor produk pertempean di Indonesia, tentu saja dengan dukungan teman-teman ‘pemain’ tempe yang lain. Karena itu kami perlu stabilkan kapasitas produksi dulu,” jelas dia.
Meski sudah berbadan hukum PT, Tempe Man masih berskala industri rumahan. Benny masih berproses untuk mengembangkan usaha hingga skala pabrik yang berstandar Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
“Saat ini kami belum punya lisensi HACCP itu. Kami masih berupaya membangun pabrik dengan skala tersebut. Kami ingin membangun manufaktur, menggunakan mesin-mesin produksi supaya secara kuantitas bisa memenuhi permintaan pasar,” ujar dia.
Diplomasi Budaya lewat Tempe
Pada 2018 lalu, Benny Santoso terlibat dalam kegiatan Ubud Food Festival. Dalam ajang tersebut, ia mengadakan masterclass atau lokakarya pembuatan tempe. Saat itu, mayoritas peserta merupakan wisatawan mancanegara. Seingatnya, hanya satu orang peserta yang merupakan Warga Negara Indonesia (WNI). Satu orang itu pun merupakan pewarta yang meliput kegiatan.
“Ternyata mereka kagum ada anak muda yang mau mengembangkan usaha tempe. Saya senang diapresiasi masyarakat internasional,” ujar dia.
Benny mengatakan, salah satu peserta mengatakan ingin belajar membuat tempe sendiri karena tempe di negaranya mahal dan tidak terlalu enak.
“Saya kasih ide bahwa tempe tidak melulu kedelai, bisa dikombinasikan dengan chickpeas, edamame, jagung, bahkan oat. Saya senang bahwa tempe yang asli Indonesia begitu menarik minat masyarakat internasional,” kenang dia.
Benny lalu makin menyadari bahwa diplomasi kebudayaan sangat efektif dilakukan melalui makanan. Semakin tekunlah dia menggelar lokakarya pembuatan tempe dengan mayoritas peserta para wisatawan asing di Bali.
Setidaknya satu atau dua kali setiap pekan ia mengadakan lokakarya tempe. Tempatnya di lokasi produksi Tempeman atau di tempat lain sesuai permintaan peserta. Ia juga kerap mengisi pelatihan pembuatan tempe di hotel atau villa.
Terbaru, Minggu (2/7/2023) mendatang Benny akan menjadi mentor workshop pembuatan dalam ajang Ubud Food Festival.
“Dalam perjalanan, saya menyadari bahwa ternyata persepsi WNA terhadap tempe itu berbeda dari orang Indonesia. Bagi mereka, tempe di negara mereka itu mahal dan tidak enak. Banyak juga yang malah baru kali pertama mencoba tempe saat di Bali. Di Indonesia terjangkau dan enak. Jenis olahannya juga bervariasi. Tempe orek untuk pelengkap nasi kuning yang bagi kita biasa, ternyata bagi mereka hal baru. Mereka bahkan menyebutnya seperti granola. Bertekstur kering dan bercitarasa manis dengan sentuhan rasa daun jeruk. Bagi mereka itu eksotis,” ungkap Benny.
Selain mengajarkan cara membuat tempe secara tradisional, Benny juga menunjukkan cara mengolah tempe menggunakan mesin. Hal ini untuk menunjukkan bahwa tempe bisa diolah secara modern. Benny juga mengenalkan berbagai cara inovatif dalam mengolah tempe. Misalnya dengan membuat tempe berbalur cokelat.
“Sehingga mereka ada pandangan bahwa tempe tidak hanya bisa diolah untuk masakan yang gurih-asin, melainkan juga diolah untuk makanan manis. Kami kasih perspektif itu ke mereka. Tempe yang dipandang sebelah mata bisa diolah jadi hidangan menarik,” papar dia.
Sukses meraih atensi dari wisatawan mancanegara, Benny menyadari bahwa diplomasi budaya lewat tempe tidak bisa sukses jika mengabaikan masyarakat lokal, terutama para pemudanya. Karena itu, ia juga menargetkan pelajar SMA, mahasiswa, bahkan anak-anak sebagai peserta lokakarya pembuatan tempe.
Anak-anak ia ajari membuat tempe secara menyenangkan. Di antaranya dengan membuat tempe berbentuk aneka karakter yang disukai anak, misalnya Hello Kitty dan Transformers. Menurut Benny, membuat tempe juga melatih kecerdasan motorik anak.
Benny mengadakan kelas pembuatan tempe secara daring maupun luring. Permintaan kelas secara daring via Zoom banyak dia terima saat pandemi Covid-19 lalu. Adapun saat ini ia lebih banyak memberikan kelas tatap muka.
Mimpi Besar sang Tempeman
Berkat ketekunan melakukan gastrodiplomasi lewat tempe, Benny Santoso mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tingkat provinsi tahun 2021. Dia menerima apresiasi kategori individu dalam bidang kewirausahaan.
Namun demikian, penghargaan tersebut bukan pencapaian akhir bagi sang Tempeman. Dia masih punya satu cita-cita besar, yakni mendirikan situs wisata edukasi tempe yang terintegrasi. Ia berharap bisa membentuk daya tarik wisata budaya berbasis tempe yang mengintegrasikan lahan kedelai, pabrik, museum, kafe, kelas lokakarya, dan toko oleh-oleh.
"Kami ingin di Bali ada percontohan tempat wisata budaya untuk melakukan diplomasi makanan dan edukasi. Sehingga ketika mereka (wisatawan asing) ke Bali, bisa melihat wujud tanaman kedelai, melihat proses pembuatan tempe, menikmati hidangan di kafe dengan menu aneka olahan tempe, belajar di museum tempe, mengikuti workshop tempe, sampai beli oleh-oleh makanan ringan dari tempe,” urai Benny.
Dia antusias ketika membahas mengenai museum tempe yang ia cita-citakan. Dia membayangkan di museum itu orang bisa mempelajari sejarah tempe dan mengetahui berbagai jenis tempe tradisional di Indonesia, mulai dari tempe kacang koro, tempe bongkrek, hingga tempe menjes.
Jika hal itu terwujud, Indonesia akan menjadi “pusat tempe dunia”. Warga dunia jika ingin belajar tentang tempe bukan pergi ke Jepang, Korea, atau Amerika, melainkan ke Indonesia, salah satunya ke Bali yang merupakan sentra pariwisata.
“Kita malu kalau orang belajar tempe ke Jepang. Sedangkan tradisi pertempean Indonesia sangat kaya,” tandas dia.
Mendefinisikan Ulang Istilah “Mental Tempe”
KBBI mendefinisikan istilah “mental tempe” sebagai “mental yang lemah atau watak inferior”. Setelah mendengar perjuangan Benny Santoso sang Tempeman, barangkali istilah itu bisa didefinisikan ulang sebagai “mental percaya diri atau watak superior”.
Definisi tersebut lebih sesuai untuk menggambarkan "mental tempe" Benny yang percaya diri mengusung tempe sebagai produk gastronomi warisan leluhur Nusantara untuk memperkuat posisi Indonesia di percaturan kebudayaan global. (mzk)
| Kabar Duka, Abah Ocang Meninggal Dunia |
|
|---|
| Polresta Cilacap Bongkar Jaringan Sabu Lewat Media Sosial |
|
|---|
| Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 2 Halaman 114: Menyimak Pantun |
|
|---|
| Dina Pegawai Minimarket Ditemukan Tewas Tanpa Busana di Sungai Citarum Tepat di Hari Ulang Tahunnya |
|
|---|
| Kemendikdasmen Kucurkan Anggaran Revitalisasi 23 Sekolah di Kudus, Cover Sekolah Tak Tersentuh APBD |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.