Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Benny Santoso sang Tempeman, Superhero Gastrodiplomasi Indonesia

Sesuai nama akun Instagram pribadinya, @ini.tempeman, Benny Santoso (28) memilih julukan “Tempeman”.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rival al manaf
Dokumentasi Tempeman
Produk cookies tempe dari Tempeman 

Sesuai jenama tersebut, melalui usaha ini, sang Tempeman terus berinovasi menghasilkan produk boga yang unik dengan bahan baku tempe.

“Saya bertanya-tanya, kenapa tempe Indonesia tidak terlalu populer di dunia? Lalu, dengan bantuan ibu saya yang biasa membuat kue kering, saya akhirnya membuat tempe cookies,” ucap dia.

Singkat cerita, produk buatan Benny terus berkembang dan makin variatif. Produk tempe cookies dibuat dalam beberapa varian rasa, di antaranya salty chocolate, cashew crunch, choco chips, dan keju. 

Selain itu, Tempeman juga punya produk keripik tempe aneka rasa dan tempe protein ball. Tentu saja juga ada produk tempe mentah (fresh tempe), baik yang original maupun yang dikombinasikan dengan bahan lain, misalnya biji labu dan spirulina.

Bahkan, Tempeman juga menyediakan kedelai mentah dan paket DIY (Do It Yourself) bagi pembeli yang ingin merasakan pengalaman membuat tempe sendiri di rumah.

Produk-produk buatan Benny menggunakan bahan baku kedelai non GMO (Genetically Modified Organism) dari petani lokal di Bali dan Jawa Timur. Produk makanan ringan yang dihasilkan juga bebas-gluten.

Saat ini, dibantu 10 orang karyawan, dalam satu bulan Benny bisa mengolah sekira 400 kilogram kedelai. Omzetnya? Kini sudah mencapai lebih dari Rp100 juta per bulan.

“Fresh tempe (tempe mentah) kami produksi sepekan dua kali. Satu kali produksi maksimal kapasitas 50 kilogram. Artinya sebulan sekitar 400 kilogram. Sisa waktu di luar produksi tempe mentah, kami fokuskan ke produk turunannya, yakni keripik tempe, cokelat tempe, dan lain-lain,” terang dia.

Mulanya, Benny memasarkan produk dengan menawarkannya pada toko-toko retail dan hotel-hotel di Bali. Kini, produk Benny bisa didapatkan di puluhan toko retail dan hotel yang tersebar di Bali, Jabodetabek, Bandung, Balikpapan, dan Banjarbaru.

“Hotel Four Season, Westin, dan Laguna sudah kami masuki. Kami tunjukkan bahwa produk lokal bisa bersaing dengan membawa tempe sampai hotel bintang lima,” ucap dia.

Saat pandemi Covid-19 pada 2020-2021 lalu, penjualan produk iniTempe Bali sempat merosot tajam. Hal ini lalu mendorong Benny untuk mulai memasarkan produk secara daring lewat Shopee, Tokopedia, juga lewat situsweb. Belakangan, Tempeman juga aktif di Tiktokshop.

Peluang Ekspor

Belum lama ini, Benny mengirim produk ke Singapura melalui program kerjasama dengan produsen keju asal Yogyakarta. Program tersebut dikemas dalam lokakarya pembuatan tempe.

“Kami ajari dulu cara membuat tempe. Lalu tempe kami konsumsi dengan keju tersebut. Biasanya keju dikonsumsi dengan cracker, ini dengan keripik tempe. Saat itu, sekitar dua bulan lalu, saya juga bawa tiga jenis produk kami untuk dijual di sana, yaitu keripik tempe original, keripik tempe blackpepper, dan keripik singkong,” ucap dia.

Benny semakin yakin bahwa produk lokal mampu bersaing di kancah dunia. Dia sendiri mengaku sudah banyak mendapat penawaran ekspor. Di antaranya dari Tiongkok, Korea, Australia, Jerman, dan Amerika Serikat. Namun demikian, Benny belum menyanggupi. Sebab, dia masih fokus untuk meningkatkan kapasitas produksi. Saat ini, menurutnya untuk pasar dalam negeri saja masih kekurangan.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved