Berita Kudus
Halaqah Internasional Masjid Menara Kudus: Peradaban Wali Wajah Kemajuan Dunia
Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM2SK) kembali menggelar rangkaian kegiatan dalam rangka Buka Luwur Kangjeng Sunan Kudus 1445 H mulai dar
Penulis: Saiful Ma sum | Editor: m nur huda
Kata dia, melestarikan peradaban Walisongo ini menjadi penting karena saat ini, peradaban Walisongo dinilai sudah mengalami distorsi.
"Kami mencoba terus menggulirkan dan mendorong pengelola makam untuk merawat artefak. Karena, Menara Kudus ini jadi cagar budaya nasional. Konsern kami bagaimana merawat peradaban atau peninggalan budaya yang ada agar tetap terjaga dengan baik," tegasnya.
Pakar Islam Nusantara, Ahmad Ginanjar Sya'ban menerangkan, Masjid Al Aqso dan Menara Kudus peninggalan Sunan Kudus menjadi bukti luhurnya nilai Islam dan agungnya tradisi Jawa yang dipertahankan sampai sekarang.
Kata dia, sejarah mengatakan bahwa dakwah Sunan Kudus pada abad ke-16 berdampak positif pada kemajuan Islam di Tanah Jawa dan Nusantara. Sehingga Sunan Kudus dikenal dengan Syaikhul Islam di Tanah Jawa.
Dia menyampaikan, berbicara terkait Sunan kudus tidak hanya membicarakan sosok ulama lokal saja, namun terintegrasi dengan ulama-ulama di dunia yang hidup pada masa yang sama.
Bahkan, peninggalan dakwah para ulama semasa Sunan Kudus juga mengadopsi corak akulturasi Islam, Jawa, Hindu, dan Budha dengan spirit akulturasi dan toleransi.
Ginanjar melanjutkan, sejarah juga mengatakan bahwa dakwah para ulama kerap kali meninggalkan warisan berupa kitab dakwah.
Kata dia, hal serupa dimungkinkan juga dilakukan oleh Sunan Kudus bila mana nantinya ditemukan kitab peninggalan dakwah Sunan Kudus sebagai bentuk peninggalan peradaban Walisongo.
Gus Ulil Abshar menerangkan, Walisongo hidup di dalam khilafah Usmaniyah. Di mana orang Jawa punya hubungan hidup yang erat dengan kekhilafahan Usmaniyah.
Kata dia, khilafah ini runtuh secara politik, namun masih berlanjut di Indonesia. di dalamnya terdapat dua hal, unsur politik atau negara yaitu khilafah siyasiyah (siyasah), dan khilafah tsaqofiyah madaniyah yaitu kebudayaan dan peradaban.
Salah satu misi dari khilafah tsaqofiyah madaniyah adalah peradaban ilmu pengetahuan yang saat ini masih berlanjut di Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara lain.
Yaitu khilafah yang berupa ilmu yang berkembang pada zaman Turki Usmani dan saat ini diteruskan di pondok pesantren. Mulai dari ilmu alat, nahwu, sorof, tasawuf, tafsir hadist dan lain sebagainya.
Kata Ulil, ilmu-ilmu tersebut saat ini diwarisi dan diajarkan di pondok pesantren. "Walisongo berdakwah membawa ilmu-ilmu yang berkembang di era kekhilafahan dan sekarang diajarkan oleh para ulama," terangnya.
Syekh Nazrul Naseer Al Azhari menambahkan, dakwah Sunan Kudus mengimplementasikan kefahaman agama yang dalam. Peninggalan peradaban menggambarkan hasil perjuangan dakwah ulama terdahulu dari zaman ke zaman.
Hasil dari peradaban ini lah yang harus dijaga dan dilestarikan para generasi saat ini hingga masa yang akan datang.
PB Djarum Raih 2 Trofi dalam Polytron Superliga Junior 2025 |
![]() |
---|
2 Wakil Thailand Tantang Atlet PB Djarum Kejuaraan Bulutangkis Beregu Junior di Kudus |
![]() |
---|
Hari Jadi ke-476 Kudus Angkat Tema Harmoni dalam Toleransi, Sam'ani: Perbedaan Itu Ketetapan Tuhan |
![]() |
---|
Menpora Erick Thohir Diminta Perbanyak Kompetisi Olahraga Pendongkrak Nama Indonesia |
![]() |
---|
Sebuah Pelana Kuda dan Mata Air Abadi: Memahami Tradisi Guyang Cekatak, Pengingat Jasa Sunan Muria |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.