Readers Note
Urgensi Rebranding MAJT 2023
Keindahan arsitektur, daya tarik payung elektrik, kokohnya menara Al-Husna setinggi 99 meter, keanggunan miniatur kabah serta ribuan situs sejarah
Oleh: Isdiyanto Isman, Koordinator Rebranding MAJT
TRIBUNJATENG.COM - Keindahan arsitektur, daya tarik payung elektrik, kokohnya menara Al-Husna setinggi 99 meter, keanggunan miniatur kabah serta ribuan situs bernilai sejarah tinggi, yang menjadi aset handal Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), segera ditata ulang. Masjid yang kokoh dan gagah di atas area 10 hektar, di Jalan Gajah Kota Semarang, ditata ulang agar tidak lekang oleh zaman, seiring usianya lepas 20 tahun dan juga kini bermunculan wisata regili serupa di Indonesia, seperti Masjid Al-Akbar, Surabaya, Masjid Al-Zayed, Surakarta dan Masjid Al-Jabar, Bandung.
Misi penataan ulang yang disebut rebranding, untuk menambah ketertarikan masyarakat nusantara hingga mancanegara berkunjungan dan ikut bersalat jemaah di MAJT. Rebranding diartikan sebagai langkah antisipasi ke depan, agar kawasan ini teguh menjadi alternatif utama kunjungan wisata religi.
rebranding ditahap pertama, bukan untuk mengubah total performa MAJT berwajah baru. Arahnya sebagian besar branding lama tetap akan dipertahankan, misalnya berkaitan dengan estetika lingkungan, konservasi serta latar filosofis yang selama ini menjadi ikon.
Kesiapan rebranding ditegaskan oleh Pelaksana Pengelola (PP) MAJT, Prof Dr KH Noor Achmad MA, atas hasil rapat pleno pengurus MAJT, pada Selasa (13/6/2023).
Rapat antara lain dihadiri Penasihat MAJT Drs H Ali Mufiz, MPA, mantan Gubernur Jawa Tengah. Pleno memutuskan misi rebranding untuk memberi penyegaran dan kenyamanan masyarakat luas termasuk wisatawan ke MAJT.
Rebranding diyakini sebagai hal urgen yang tidak bisa ditunda, namun, mengingat keterbatasan dana. MAJT selama ini, dikelola mandiri, tidak ada bantuan APBD Jawa Tengah. Sementara kawasan kebanggaan masyarakat Jawa Tengah ini terdapat ribuan situs bernilai sejarah tinggi. Misalnya situs dan manuskrip tentang sejarah Perkembangan Islam Nusantara di Museum MAJT, jumlahnya ribuan. Situs-situs ini juga menunggu sentuhan dana untuk perawatan.
MAJT sebagai tempat peribadatan digunakan sejak 2004, diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2006 yang hingga kini sarat pengunjung hingga mancengara. Banyak delegasi dari Eropa, Asia, Timur Tengah berkunjung untuk misi wisata dan studi banding. Konsep penataan ulang masih digodog oleh tim rebranding MAJT.
Dua ahli perancang bangunan, Pakar Arsitektur Undip Ir H Indriastjario, M.Eng dan Konsultan Ahli Ir Sigit Krido Haryono, MSi membedah dan memberi masukan terkait penyempurnaan desain rebranding MAJT, dalam focus group discussion bertopik Rencana Penataan Fisik Dalam Kerangka Rebranding MAJT, Rabu (9/8/2023), di ruang rapat MAJT.
Konsep besar rebranding meliputi 4 rumpun, yakni rumpun peribadatan, fisik, manejerial dan media. Dalam FGD pembahasannya masih difokuskan pada rumpun fisik, mengarah ke situs-situs yang tidak seusai lagi dengan perkembangan untuk disegarkan.
Misalnya zona hijau yang selama ini dihuni puluhan trembesi akan diganti dengan pohon sejenis, berbiji, yang akarnya tidak merusak bangunan. Trembesi memang tumbuh rimbun, namun kelemahannya, akarnya merusak pondasi dan bangunan, selain itu kurang diminati burung, sehingga penggantinya harus pohon berbiji yang akarnya tidak merusak bangunan. Di kawasan hijau, akan dibuat zona-zona, seperti zona kurma, mangga yang sudah ada, ditambah lainnya.
Sesuai latar filosofis, pengganti trembesi harus berfungsi sebagai tanaman pelindung dan ramah dengan kicauan burung. Di zona hijau disiapkan menjadi persinggahan puluhan ribu burung yang akan nyaman berteduh dan bermain.
Program penataan ulang MAJT, framing utama diarahkan mengubah kawasan manasik haji, menjadi kawasan Littel Mecca yang megah, anggun dan representatif sebagai aktivitas manasik haji terlengkap dan terindah, sekaligus pengunjung dapat berinstagramable. Littel Mecca akan dilengkapi situs Jabal Nur yang melekat gua Hiranya, Jabal Rahmah, air zam-zam siap diminum di sekitar Kabah, juga kawasan kuliner dan pertokoan sebagaimana di Kota Mekah.
Wajah depan MAJT dari sisi jalan Gajah, tetap memperlihatkan keanggunan arsitektur masjid yang bercorak perpaduan arsitektur Jawa, Eropa dan Timur Tengah. Penataan kembali ini juga untuk memperkuat fungsi MAJT yang selama ini dikenal masyarakat internasional sebagai pelopor moderasi kehidupan umat beragama.
Dalam rebranding, empat rumpun bakal berjalan beriringan untuk mengejar waktu agar tidak berlarut. Bakal ditata kembali fasilitas dan regulasi peribadatan yang harus mengayomi agar masyarakat semakin nyaman salat berjemaah, kemudian merombak manajemen menuju profesional diantaranya mengupgrade SDM serta diperkuat dengan media branding yang dimiliki MAJT.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.