Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kudus

Mengenal Tradisi Pembagian Air Salamun di Desa Jepang Kudus, Dipercaya Membawa Berkah Penolak Bala

Tradisi tersebut adalah pembagian Air Salamun gratis kepada masyarakat yang dilakukan pada malam Rebu Wekasan. Yaitu hari Rabu terakhir di bulan Safar

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Daniel Ari Purnomo
Saiful Masum
Sejumlah remaja menyiapkan 20.000 bungkus air Salamun yang diambil dari sumur peninggalan wali Masjid Wali Al Ma'mur dalam tradisi budaya Rebu Wekasan Desa Jepang, Mejobo, Kudus untuk dibagikan kepada masyarakat, Selasa, (12/9/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Masyarakat Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus memiliki tradisi unik yang diperingati setiap tahun.

Tradisi tersebut adalah pembagian Air Salamun gratis kepada masyarakat yang dilakukan pada malam Rebu Wekasan. Yaitu hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Air Salamun bermakna air yang dipercaya bisa membawa keberkahan sebagai penolak bala.

Baca juga: 20.000 Bungkus Air Salamun Dibagikan, Diambil dari Sumur Peninggalan Wali di Desa Jepang Kudus

gentong air salamun kudus
Replika gentong Air Salamun ikut diarak dalam pelaksanaan Kirab Budaya Rebu Wekasan Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kudus, Selasa (12/9/2023).

Air tersebut diambil di sumur Masjid Wali Al Ma'mur yang diyakini sebagai peninggalan Sunan Kudus pada masa dakwah Islam di wilayah Kota Kretek.

Air dikemas dalam plastik, didoakan, kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar pada malam Rabu wekasan selepas Maghrib.

Warga yang berkeinginan mengambil air harus antre terlebih dahulu di halaman Masjid Wali Al-Ma'mur.

Masyarakat Desa Jepang dan sekitarnya meyakini, air yang didoakan itu bisa membawa keberkahan bagi keluarganya apabila dikonsumsi dan digunakan untuk hal-hal kebaikan. 

Tokoh masyarakat Desa Jepang sekaligus Ketua Penyelenggara Kegiatan Kirab Budaya Rebo Wekasan, Nur Aziz mengatakan, perayaan Rebu Wekasan dengan membagikan Air Salamun sudah dilakukan sejak zaman Sayid Ndoro Ali Al-Idrus, diperkirakan pada zaman 1900-an.

Kata dia, tradisi tersebut diyakini sudah ada zaman ke-Nabi-an, kemudian disadur menjadi salah satu metode dakwah Sunan Kudus hingga Sayid Ndoro Ali Al-Idrus. 

Sayid Ndoro Ali merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah Jepang, Kecamatan Mejobo. 

"Kepercayaan bahwa Rabu terakhir di bulan Safar bakal diturunkan bala, Air Salamun ini dibagikan, sembari doa bersama agar dihindarkan dari malapetaka dan bala," terangnya, Selasa (12/9/2023).

Tahun 2023 ini, lanjut dia, pihaknya menyiapkan 20.000 bungkus Air Salamun yang dibagikan kepada masyarakat. 

Setiap bungkusnya berisi dua liter air yang sudah didoakan. Mulai dari pengajian umum, khataman Al Qur'an bil ghoib dan bin nadhor, serta ritual atau doa dalam rangka pengambilan air dari sumur. 

Air tersebut, kata Nur Aziz, dipercaya bisa menambah kebaikan dan kesehatan bagi masyarakat.

"Tradisi bagi-bagi Air Salamun sudah ada sejak dahulu kala. Kalau kirab budayanya baru digelar beberapa tahun terakhir," tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved