Opini
Opini Tsalist Lailaturrahmah: Budaya Positif Sebagai Pemelihara Iklim Keamanan Sekolah
Iklim keamanan sekolah yang positif dapat meningkatkan efektivitas belajar bagi siswa.
Oleh: Tsalist Lailaturrahmah, Mahasiswa Magister Administrasi Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana
TRIBUNJATENG.COM - Iklim keamanan sekolah yang positif dapat meningkatkan efektivitas belajar bagi siswa.
Sebaliknya, iklim sekolah yang negatif dapat menghambat proses belajar siswa.
Menurut Masyhadi Imron dalam tulisannya berjudul Iklim Keamanan Sekolah di Jawa Tengah (2022) menyebutkan bahwa sekolah memiliki iklim yang aman jika psikologi guru dan siswa sejahtera serta rendahnya kasus perundungan, hukuman fisik, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan narkoba di sekolah.
Baca juga: OPINI Raihan Fudloli : Menanti Keseriusan Negara terhadap Masyarakat Adat
Baca juga: Pemkot Tegal Komitmen Pertahankan Predikat Opini WTP
Iklim keamanan sekolah yang baik dan kondusif mampu mendorong siswa untuk mencapai potensi terbaik.
Dampak buruk lingkungan di luar sekolah dan media digital dapat mengancam keberlangsungan iklim keamanan sekolah yang positif.
Jika tidak ada pemeliharaan terhadap iklim keamanan sekolah maka lama kelamaan lingkungan sekolah yang aman bisa berubah menjadi tidak aman.
Hal ini dapat berdampak pada berkurangnya capaian potensi siswa.
Salah satu pendekatan untuk memelihara iklim keamanan sekolah yaitu melalui pembiasaan-pembiasaan hal baik di sekolah.
Pembiasaan yang dilakukan secara berkelanjutan dapat membentuk suatu budaya.
Budaya positif merupakan salah satu upaya untuk memelihara iklim keamanan sekolah.
Budaya positif adalah implementasi nilai-nilai atau keyakinan universal yang diterapkan di sekolah.
Melalui penerapan budaya positif maka akan mensejahterakan psikologi siswa dan guru sehingga dapat terhindar dari perilaku perundungan, pemberi hukuman fisik, kekerasan seksual, dan penyalahgunaan narkoba.
Menurut Ahmad Saepi dalam bukunya Berkarya untuk Perubahan (2023) disebutkan keberhasilan penerapan budaya positif diawali dengan adanya perubahan paradigma tentang teori kontrol.
Selama ini kita sebagai guru merasa berkewajiban mengontrol perilaku murid agar memiliki perilaku sesuai yang kita harapkan.
Komik Audio Visual, Cara Kreatif Guru Tingkatkan Literasi Numerasi Siswa |
![]() |
---|
Layanan Digital Tingkatkan Kepatuhan Pajak, DJP Dorong Wajib Pajak Beradaptasi |
![]() |
---|
Sudah Seberapa Soedirman Kah Kita? Refleksi Sudirman Said di Tanah Kelahiran Jenderal Soedirman |
![]() |
---|
PGSD dan Era Digital: Mencetak Generasi Kritis, Kreatif, dan Kolaboratif |
![]() |
---|
Viral: dari Popularitas ke Profitabilitas Membedah Nilai Ekonomi di Balik Fenomena Viral |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.