Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Banyumas

Energi Bersih Bikin Kantong Warga di Kaki Gunung Slamet Hemat

Bantuan dari PLN Indonesia Power dan TNI yang dinanti akhirnya datang juga, yakni infrastruktur Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
TribunJateng.com/Mamdukh Adi
Lampu penerangan yang terpasang di balai pertemuan warga di Dusun Cipondok, Desa Karangtengah, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Daya listrik lampu ini berasal dari PLTMH Telaga Pucung. 

"Masyarakat sadar terhadap pentingnya peran hutan sebagai pelindung mata air. Secara berkala, mereka juga membersihkan aliran air telaga agar mesin PLTMH tidak mudah rusak," ucapnya.

Karyoto menambahkan, perjuangan masyarakat untuk menerima daya listrik cukup panjang. Listrik tidak ada sebelum 1989. Pada sekitar 1989, masyarakat memanfaatkan turbin bertenaga dinamo.

Satu turbin untuk satu dua rumah dan hanya cukup mengaliri listrik tiga lampu. Pada siang hari, aliran listrik dari turbin dimatikan dan dinyalakan kembali sore hingga malam hari untuk menjaga turbin agar tidak cepat rusak.

Turbin dipasang di sepanjang aliran sungai dengan aliran air cukup deras. Setrum listrik dari turbin ke rumah warga mengalir melalui kabel kecil yang disangga tiang dari bambu. Jarak turbin dengan rumah warga sekitar 1,5-2 kilometer.

Warga membuat turbin secara swadaya, berkisar Rp3 juta-Rp4 juta. Meski turbin bisa bertahan sampai 10 tahun, kendala kincir dari kayu mudah rapuh. Setiap dua tahun sekali, warga harus mengganti kincir lantaran rusak,  biaya sekitar Rp300.000 -Rp400.000.

Hingga akhirnya, apda 2012, bantuan dari PLN Indonesia Power dan TNI yang dinanti akhirnya datang juga yakni instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

"Awalnya, bantuan ini merupakan inisiatif anggota TNI Kodim yang prihatin dengan kondisi warga. Bantuan instalasi saat itu tidak sebagus saat ini," ucap Karyoto.

Bantuan PLTMH dari TNI ini belum ada kwh meter, jadi biaya pemakaian listrik dipukul rata. Daya listrik terpasang di tiap rumah juga maksimal hanya 450 watt.

Setelah itu, ada bantuan lagi dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang menyempurnakan PLTMH sebelumnya. Bantuan PLTMH kedua dari provinsi diresmikan pada 2016, dengan daya 15 Kilowatt (Kw).

PLTMH bantuan provinsi sudah termasuk instalasi listrik dan kwh meter sama seperti sambungan listrik PLN. Daya listrik terpasang bervariasi, mulai 450 VA, 900 VA hingga 1.200 VA. Setiap warga yang mendapat aliran listrik dari PLTMH dipasangi meteran listrik dan mereka membayar seuai tagihan dengan kesepakatan Rp500 perkilowatt jam (kWh).

Awalnya, kata Karyoto, selain golongan rumah tangga, pelanggan PLTMH ada dari golongan usaha seperti hotel di sekitar Objek Wisata Air Terjun Cipendok yang berada tidak jauh dari perkampungan. Adapun besaran tarif ditentukan melalui musyawarah antara pengurus PLTMH dan masyarakat.

Namun demikian, terdapat kesenjangan lantaran hotel membutuhkan energi besar dan untuk kepentingan komersial. Sehingga saat ini energi listrik untuk perhotelan kini mengandalkan PLN dan warga tetap menggunakan PLTMH.

"Listrik mengalir 24 jam kecuali dua minggu sekali dipadamkan sekitar lima jam untuk pendinginan geneator sekaligus perawatan dan pengecekan," ucap Karyoto.

Karyoto bilang, tidak ada kendala berarti selama pengoperasian PLTMH. Hanya saja masyarakat sedang mencari dana untuk membeli alat penangkal petir yang berkualitas bagus. Beberapa kali PLTMH tersambar petir sampai rusak.

"Daerah tersebut terkenal dengan banyaknya petir, tidak tahu kenapa, tetapi sejak dulu seperti itu. Sehingga instalasi PLTMH kerap menjadi sasaran petir. Kami masih mencari dana untuk membeli alat penangkal petir yang dipasang di bawah tanah, harga bisa sampai Rp50 juta. Pemerintah desa sudah mengaggarkan, tetapi bertahap,"  kata Karyoto.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved