Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UMKM

Kisah Jack Seorang Tuna Daksa Tak Patah Semangat Berwirausaha, Peduli dengan Sesama

Sejak usia tiga tahun, pria yang akrab disapa Jack itu terkena polio hingga membuat kedua kakinya tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: rival al manaf
TRIBUN JATENG/ EKA
PAMERKAN PRODUK - Pelaku UMKM, Djoko Tri Saptono menunjukan produknya di rumahnya, Kelurahan Candisari, Kota Semarang. Ada beragam suvenir yang dibuat sesuai pemesanan.  


Perkembangan usahanya pun tidak lepas dari dukungan BRI mulai dari fasilitasi kemudahan pembayaran melalui QRIS, bantuan pemasaran melalui pameran, hingga pinjaman permodalan. 


"Saya gabung BRI sejak pandemi. Saya ambil KUR dua tahun. Alhamdulillah, sekarang sudah lunas," ungkapnya. 


Rumah BUMN menjadi wadah pengembangan usahanya. Menurut dia, Rumah BUMN sangat memberikan support terhadap kaum disabilitas dalam peningkatan usaha. Ada banyak tawaran yang ia dapatkan berkat koneksi dari Rumah BUMN. 


Aksesibilitas Belum Ramah Difabel 


Diakuinya, menjalani bisnis dengan keterbatasan memang tidak mudah. Apalagi, fasilitas publik yang seringkali tidak mendukung kemudahan disabilitas, diantaranya lokasi pameran tidak ramah difabel, tidak adanya tempat parkir khusu difabel, keberadaan gedung tidak ramah disabilitas. Seringkali, penyandang disabilitas merasakan aksesibilitas yang cukup sulit. Tak jarang, dirinya juga sering ribut dengan petugas di berbagai kesempatan. 


"Contoh, bazaar ditaro di stand yang agak jauh dari perparkiran, ditaro di belakang. Mengangkat diri sendiri saja susah. Kadang parkir, kita sering ribut dengan petugas. Kita untuk jalan saja susah. Itu sangat sering terjadi," ungkapnya. 


Rumah BUMN Semarang Inkusif


Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Suliatiawati mengatakan, ada empat UMKM penyandang disabilitas yang tergabung dalam Rumah BUMN Semarang. 


Menurutnya, Rumah BUMN berupaya memberikan pelayanan inklusif. Pihanya sangat memberi perhatian terhadap UMKM penyandang disabilitas, diantaranya dengan memberikan akses mudah setiap mengikuti pameran. 


"Penempatan posisi stand bazaar kami cari lokasi paling mudah aksesnya untuk disabilitas," ucap Tia, sapaannya. 


Tia menyebut, ada tiga menjadi perhatian lebih Rumah BUMN meliputi pemberdayaan disabilitas, pemberdayaan perempuan, dam pemberdayaan produk ramah lingkungan. Namun demikian, hal itu tidak mengesampingkan pelayanan bagi UMKM lainnya. 


Rumah BUMN berkomitmen membantu seluruh anggotanya naik kelas dengan go modern, go online, go digital, go global, hingga melangah ke pasar ekspor. Ada beragam fasilitas yang diberikan rumah BUMN meliputi pelatihan gratis, modul gratis, pendampingan. Pihaknya juga memfasilitasi bazaar, legalitas, hingga packaging produk gratis. 


Sementara itu, Ketua Dewan Penasihat Himpunan Inklusi Masyarakat Kota Semarang, Vita Maryunani mengatakan, setiap komunitas difabel memiliki pelaku UMKM.


Perhatian pemerintah dan berbagai instansi sangat dibutuhkan untuk menunjang UMKM difabel naik kelas. Selama ini, cukup banyak program dari pemerintah maupun instansi lainnya untuk meningkatkan usaha kaum disabilitas. 


"Perlu digenjot lagi program-programnya. Pendataan di masing-masing kecamatan sangat diperlukan untuk menemukan embrio pelaku UMKM dari disabilitas," papar Vita. (eyf)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved