Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

kominfo kota pekalongan

Kasus DBD Naik, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Gencarkan Edukasi dan PSN Berbasis Sekolah

Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekalongan terus meningkat pada semester pertama tahun 2025.

Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: raka f pujangga
TRIBUN JATENG/INDRA DWI PURNOMO
ILUSTRASI FOGGING - Pelaksaan fogging oleh petugas Dinkes Kota Pekalongan di wilayah rawan kasus DBD, Rabu (5/10/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Pekalongan terus meningkat pada semester pertama tahun 2025.

Sebagai respons, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekalongan kini memfokuskan upaya pencegahan melalui penguatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan edukasi kader jumantik berbasis sekolah, menyasar kelompok usia anak yang paling rentan terpapar.

Hingga akhir Mei 2025, Dinas Kesehatan Kota Pekalongan mencatat 103 kasus DBD, dengan satu kasus meninggal dunia. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Baca juga: Catatan Dinkes Kota Semarang: 6 Bulan Ada 112 Kasus DBD, 3 Penderita Meninggal

Menghadapi situasi ini, Dinkes melakukan langkah konkret dengan menggencarkan edukasi tentang DBD dan pemberdayaan masyarakat melalui kaderisasi jumantik, khususnya di lingkungan sekolah dasar.

Menurut Epidemiolog Dinkes Kota Pekalongan, Opick Taufik, tren peningkatan kasus ini berasal dari laporan fasilitas kesehatan di berbagai wilayah kota.

Salah satu fokus utama pencegahan diarahkan pada usia anak sekolah, yang tercatat sebagai kelompok dengan tingkat infeksi tertinggi.

"Sebanyak 68 persen kasus menyerang anak usia 5-14 tahun. Ini menunjukkan bahwa lingkungan sekolah dan rumah menjadi lokasi penting dalam upaya pengendalian DBD," ungkap Opick, Selasa (1/7/2025).

Sejak tahun 2024, Dinkes telah melatih guru UKS dan siswa SD/MI menjadi kader jumantik cilik yang mampu melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan sekitarnya.

Kader-kader ini tidak hanya aktif di sekolah, tetapi juga diberdayakan untuk memberikan edukasi di rumah dan lingkungan tempat tinggal mereka.

"Anak-anak ini menjadi agen perubahan. Mereka ikut bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan lingkungan dan bisa mengingatkan orang tuanya untuk rutin menguras bak mandi atau menutup tempat air," tambahnya.

Opick juga menegaskan bahwa fogging bukan langkah utama dalam pencegahan DBD.

Menurutnya, fogging hanya efektif membunuh nyamuk dewasa yang sudah terinfeksi virus, dan penggunaannya harus melalui prosedur ketat berdasarkan temuan kasus.

"Yang paling penting adalah PSN. Itu artinya kita harus memberantas jentik nyamuk dari sumbernya, dan itu hanya bisa dilakukan dengan kerja sama seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak," tegasnya.

Pola cuaca yang tidak menentu juga menjadi faktor pendukung penyebaran nyamuk Aedes aegypti.

Baca juga: Kabupaten Kudus Targetkan Nol Kasus DBD

Kombinasi antara hujan sore hari, dan panas terik di siang hari menciptakan habitat ideal bagi nyamuk berkembang biak.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved