Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

UIN SAIZU Purwokerto

KKN dan PBAK: Benang Merah yang Terputus di Tengah Jalan

KKN dan PBAK sejatinya memiliki keterkaitan erat dalam membentuk karakter dan kapasitas mahasiswa, benang merah di antara keduanya seolah terputus

Editor: Editor Bisnis
ist
Prof. Dr. M. Hizbul Muflihin. M.Pd Guru Besar Administrasi Pendidikan UIN Saizu Purwokerto & Pemerhati Organisasi 

Mulai dari baris-berbaris sejak subuh, larangan membawa kendaraan, hingga atribut seragam, semua menjadi simbol disiplin. Padahal, yang lebih dibutuhkan adalah bekal keterampilan wawasan akademik dan soft skills dalam berorganisasi yang pasti suatu saat setelah lulus akan kembali berbaur dengan masyarakat. 

Jika PBAK dikemas secara substansial dengan pembekalan sistem pembelajaran, manajemen waktu, pengenalan dunia organisasi, dan simulasi problem solving maka proses transisi mahasiswa baru menjadi lebih kuat dan PBAK menjadi lebih bermakna dan dirasakan manfaatnya untuk menghadapi bukan saja perkulaiahan tetapi juga dunia organisasi.

Bahkan, bila PBAK dilaksanakan tiap akhir pekan selama dua hari secara tematik, akan memberi ruang refleksi, menggali potensi seni dan olahraga, serta membangun pondasi karakter mahasiswa sejak awal.

Mahasiswa Kupu-Kupu, Matuk, dan Meteor

Setelah PBAK usai, mahasiswa menjalani kehidupan kuliah yang memunculkan tiga tipikal:

1.    Matuk (Mahasiswa Kutu Buku) yang tekun mengejar IP tinggi dan menjadikan buku sebagai sahabat.

2. Kupu-Kupu (Kuliah-Pulang) yang hanya hadir untuk mengisi presensi lalu pulang.

3. Meteor (Mahasiswa Organisasi) yang aktif dalam dinamika kampus dan organisasi.

Tipe Meteor inilah yang kerap memiliki keunggulan saat KKN karena terbiasa bekerja dalam tim, menyusun program, serta menggerakkan komunitas. Keaktifan di organisasi juga membentuk daya pikir kritis, kepercayaan diri, serta kemampuan manajerial yang sangat berguna di masyarakat.

Tugu KKN: Bangunan Indah yang Membutuhkan Fondasi Kuat

KKN bukan sekadar program wajib, tetapi tonggak penting bagi mahasiswa dalam mempraktikkan semua pembelajaran yang didapat di kampus. Namun, keberhasilan KKN sangat ditentukan oleh kesiapan mahasiswa secara mental, sosial, dan kompetensi. Kesiapan ini tidak bisa dibangun mendadak menjelang KKN, melainkan harus dibina sejak awal masa studi.

Organisasi mahasiswa (ORMAWA) bisa menjadi ruang pelatihan awal yang efektif. Di sinilah mahasiswa belajar menyusun program, memimpin tim, dan memahami dinamika sosial. Kampus pun seharusnya memberi insentif moral dan kelembagaan untuk mendorong mahasiswa terlibat aktif dalam organisasi.

Kampus akan mendapatkan dua manfaat sekaligus: mahasiswa yang siap terjun dalam KKN dengan program yang membumi, serta SDM unggul yang bisa mewakili kampus dalam event regional, nasional, bahkan internasional.

Saatnya Menyambung Benang yang Terputus

KKN dan PBAK sejatinya tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Keduanya harus dirancang terintegrasi dalam grand design pendidikan karakter mahasiswa. 

PBAK harus memberi pondasi awal yang kokoh, sementara organisasi mahasiswa menjadi laboratorium sosial yang berkelanjutan, dan KKN menjadi ujian akhir integratif dari semua pembelajaran.

Jika benang merah ini kembali disambung, bukan mustahil mahasiswa akan tampil sebagai agen perubahan yang sesungguhnya bukan hanya di atas kertas, tapi nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved