UIN SAIZU Purwokerto
KKN dan PBAK: Benang Merah yang Terputus di Tengah Jalan
KKN dan PBAK sejatinya memiliki keterkaitan erat dalam membentuk karakter dan kapasitas mahasiswa, benang merah di antara keduanya seolah terputus
Mulai dari baris-berbaris sejak subuh, larangan membawa kendaraan, hingga atribut seragam, semua menjadi simbol disiplin. Padahal, yang lebih dibutuhkan adalah bekal keterampilan wawasan akademik dan soft skills dalam berorganisasi yang pasti suatu saat setelah lulus akan kembali berbaur dengan masyarakat.
Jika PBAK dikemas secara substansial dengan pembekalan sistem pembelajaran, manajemen waktu, pengenalan dunia organisasi, dan simulasi problem solving maka proses transisi mahasiswa baru menjadi lebih kuat dan PBAK menjadi lebih bermakna dan dirasakan manfaatnya untuk menghadapi bukan saja perkulaiahan tetapi juga dunia organisasi.
Bahkan, bila PBAK dilaksanakan tiap akhir pekan selama dua hari secara tematik, akan memberi ruang refleksi, menggali potensi seni dan olahraga, serta membangun pondasi karakter mahasiswa sejak awal.
Mahasiswa Kupu-Kupu, Matuk, dan Meteor
Setelah PBAK usai, mahasiswa menjalani kehidupan kuliah yang memunculkan tiga tipikal:
1. Matuk (Mahasiswa Kutu Buku) yang tekun mengejar IP tinggi dan menjadikan buku sebagai sahabat.
2. Kupu-Kupu (Kuliah-Pulang) yang hanya hadir untuk mengisi presensi lalu pulang.
3. Meteor (Mahasiswa Organisasi) yang aktif dalam dinamika kampus dan organisasi.
Tipe Meteor inilah yang kerap memiliki keunggulan saat KKN karena terbiasa bekerja dalam tim, menyusun program, serta menggerakkan komunitas. Keaktifan di organisasi juga membentuk daya pikir kritis, kepercayaan diri, serta kemampuan manajerial yang sangat berguna di masyarakat.
Tugu KKN: Bangunan Indah yang Membutuhkan Fondasi Kuat
KKN bukan sekadar program wajib, tetapi tonggak penting bagi mahasiswa dalam mempraktikkan semua pembelajaran yang didapat di kampus. Namun, keberhasilan KKN sangat ditentukan oleh kesiapan mahasiswa secara mental, sosial, dan kompetensi. Kesiapan ini tidak bisa dibangun mendadak menjelang KKN, melainkan harus dibina sejak awal masa studi.
Organisasi mahasiswa (ORMAWA) bisa menjadi ruang pelatihan awal yang efektif. Di sinilah mahasiswa belajar menyusun program, memimpin tim, dan memahami dinamika sosial. Kampus pun seharusnya memberi insentif moral dan kelembagaan untuk mendorong mahasiswa terlibat aktif dalam organisasi.
Kampus akan mendapatkan dua manfaat sekaligus: mahasiswa yang siap terjun dalam KKN dengan program yang membumi, serta SDM unggul yang bisa mewakili kampus dalam event regional, nasional, bahkan internasional.
Saatnya Menyambung Benang yang Terputus
KKN dan PBAK sejatinya tidak boleh berjalan sendiri-sendiri. Keduanya harus dirancang terintegrasi dalam grand design pendidikan karakter mahasiswa.
PBAK harus memberi pondasi awal yang kokoh, sementara organisasi mahasiswa menjadi laboratorium sosial yang berkelanjutan, dan KKN menjadi ujian akhir integratif dari semua pembelajaran.
Jika benang merah ini kembali disambung, bukan mustahil mahasiswa akan tampil sebagai agen perubahan yang sesungguhnya bukan hanya di atas kertas, tapi nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. *
UIN Saizu dan Pos Indonesia Lakukan Penjajakan Kerjasama Strategis |
![]() |
---|
UIN Saizu Purwokerto Komitmen Dongkrak Peringkat Webometrics |
![]() |
---|
UIN Saizu Gelar Beauty Contest Jasa Audit Laporan Keuangan BLU 2025, Delapan KAP Bersaing |
![]() |
---|
Ribuan Guru Dikukuhkan, PPG Daljab FTIK UIN Saizu Cetak Tenaga Profesional |
![]() |
---|
Prestasi Membanggakan! Dosen UIN Saizu Tembus Ajang Bergengsi Pertemuan Penyair Asia Tenggara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.