OPINI

OPINI Udi Utomo : Mendidik Berpikir Kritis Sejak Dini

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Udi Utomo

Dalam pembelajaran yang HOTS tujuannya tidak sebatas memahami suatu fakta atau konsep tetapi meningkatkannya dengan menggunakan pengetahuan tersebut sebagai referensi dalam menganalisis permasalahan dan memecahankan masalah. Siswa dibiasakan berpikir terstruktur sesuai kaidah ilmu pengetahuan. Francis Wahono (2021), menyebut tahapan tersebut sebagai berpikir algorithmik.

Baca juga: OPINI R Wulandari : Empat Skenario Pemulihan Ekonomi Dampak Covid-19

Baca juga: OPINI Muhammad Ikhsan Hidayat : Gerakan Mengheningkan Cipta, Doa Untuk Indonesia

Pergaulan luas

Ketiga, memperkuat tradisi literasi. Jika merujuk pada hasil tes kemampuan literasi siswa Indonesia. Kemampuan literasi siswa masih jauh dari harapan. Pada tes Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 bidang literasi (membaca), peringkat siswa Indonesia berada dalam 10 kelompok negara terendah dengan skor 371 (skor rata-rata 453).

Literasi menjadi persoalan klasik. Minat membaca rendah karena permasalahan keteladanan. Oleh karena itu sekolah, guru, keluarga (masyarakat) seharusnya dapat menjadi teladan. Selain itu, harus ada perubahan pada metode pembelajaran membaca. Selama ini, praktik belajar membaca berorientasi menyiapkan siswa untuk mengerjakan tes, supaya diubah menjadi metode membaca untuk kesenangan.

Keempat, desain pendidikan yang mengarusutamakan multikulturalisme. Kompetensi keterampilan berpikir kritis tumbuh apabila siswa memiliki sikap menghargai perbedaan, empati serta memiliki relasi sosial (pergaulan) yang luas dari berbagai lapisan masyarakat. Urgen mendidik keterampilan berpikir kritis sejak dini. Dengan anak memiliki kompetensi berpikir kritis menjadi bekal menghadapi “pandemi” disinformasi sekaligus mencegah terjadinya segregasi. (*)

Baca juga: OPINI Djoko Subinarto : Laptop Merah Putih

Baca juga: OPINI Satrio Wahono : Instrumen Investasi Menarik di Era Pandemi

Baca juga: OPINI Meretas Kekerasan Anak di Tengah Pandemi

Baca juga: OPINI Hadi Susiono Panduk : Hakikat Pengorbanan

Berita Terkini