Selepas itu, Ita lantas membacakan berkas awal halaman pledoi yang menyinggung soal latar belakang keluarga.
Dalam poin ini, Ita menegaskan telah dididik sejak kecil secara mandiri.
Sebagai anak pertama dari lima bersaudara, Ita menyebut, telah mandiri sejak kecil.
"Saya berasal dari keluarga yang sederhana. Saya anak pertama yang dididik sebagai orang yang mandiri," kata Mbak Ita di hadapan majelis hakim.
Oleh karena itu, meskipun sudah berkeluarga tidak pernah meminta nafkah materi kepada suaminya, Alwin Basri, yang juga menjadi terdakwa dalam kasus yang sama.
"Saya membeli barang dengan uang hasil saya kerja," lanjutnya.
Lebih lanjut Ita mengatakan, pengelolaan keuangannya dan Alwin Basri terpisah.
”Saya tidak pernah tahu rekening suami saya, PIN hp,” kata Ita.
“Bahkan uang yang dipegang atau disimpan suami (saya juga tidak tahu—Red) karena ruang kerja selalu terkunci dan terkunci dibawa oleh suami. Karena, latar belakang kehidupan saya dan suami berbeda," lanjutnya.
Dalam nota pembelaannya, Ita juga mengulik soal keberhasilannya menjadi wali kota dengan berbagai capaian.
Dia antara lain menyebut soal kemiskinan ekstrem yang mencapai nol persen, penurunan stunting yang drastis, urban framing, ketahanan pangan, serta penanganan banjir dan rob hingga infrastruktur.
"Ada 60 penghargaan yang saya terima dari tahun 2023-2024 baik nasional dan internasional,” kata Ita.
“Bukan saya mau menepuk dada, tapi saya ingin menunjukkan pengabdian kepada negara," sambungnya.
Menangis
Selama membacakan berkas pembelaan selama satu jam penuh, Ita berulang kali menangis dan mengusap air mata.