Berita Purbalingga
Ironi Petani Gemuruh Purbalingga: Berada di Hulu Tapi Sulit Dapat Air, Ternyata Ini Penghambatnya
Para petani di Desa Gemuruh, Purbalingga, sempat heboh dengan kebijakan penambahan debit air ke PDAM dari sumber air Limpak Dau.
Penulis: Farah Anis Rahmawati | Editor: raka f pujangga
TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA — Para petani di Desa Gemuruh, Purbalingga, sempat heboh dengan kebijakan penambahan debit air ke PDAM dari sumber air Limpak Dau.
Sumber air tersebut diketahui mengaliri 14 desa di Kabupaten Purbalingga.
Namun meskipun demikian, para petani mengaku masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan air, sehingga mereka pun menolak kebijakan tersebut.
Baca juga: Prodi Informatika UIN Saizu Resmi Buka Kegiatan Ruang Kolaborasi X Invest 2025 di Purbalingga
Mereka khawatir, dengan ditambahnya debit air ke PDAM, pasokan air yang seharusnya masuk ke pertanian akan berkurang.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Purbalingga, Hafidhah Khusniyati, menyebut masalah utama bukan pada debit air, melainkan pada kondisi saluran irigasi yang belum optimal.
“Desa Gemuruh itu posisinya paling hulu, harusnya paling makmur. Tapi kenyataannya, petani justru kesulitan air karena irigasinya belum berfungsi baik,” jelasnya kepada Teibunbanyumas.com, Rabu (17/9/2025).
Dinas Pertanian mencatat ada tiga kelompok tani yang terdampak, yakni Sri Rahayu 1, 2, dan 3.
Kondisi terparah dialami Sri Rahayu 1 dengan lahan 50-60 hektare.
Saat musim kemarau, sawah mereka bisa benar-benar kering dan menimbulkan kerugian besar.
Hafidhah menambahkan, kerusakan irigasi terjadi di saluran sekunder yang menjadi kewenangan Dinas PUPR.
Sementara kewenangan Dinas Pertanian hanya pada saluran tersier dan perpompaan.
“Kalau sekunder belum baik, percuma membangun tersier. Tidak akan optimal,” katanya.
Masalah lain, kata Hafidhah, adalah vakumnya kepengurusan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) di Desa Gemuruh selama tiga tahun terakhir.
Kondisi ini membuat koordinasi antara petani dan instansi terkait sulit dilakukan.
“Kalau ada P3A, sebenarnya bisa lebih mudah mengatur giliran air dan komunikasi dengan PDAM. Tapi karena tidak ada pengurus, akhirnya koordinasi macet,” ungkapnya.
Baca juga: Tak Berfungsi Optimal, Fire Hydrant di Purbalingga Hanya Jadi Monumen
Tak Berfungsi Optimal, Fire Hydrant di Purbalingga Hanya Jadi Monumen |
![]() |
---|
Festival Literasi Ajar Pustaka 2025: Cara Purbalingga Tumbuhkan Minat Baca dan Pola Pikir Kritis |
![]() |
---|
Akibat Percikan Api dari Tungku, Dapur Warga di Nangkasawit Purbalingga Terbakar |
![]() |
---|
Mengunjungi Situ Tirta Marta, Obyek Wisata Alami dengan Berbagai Keindahan Alam dan Mitos |
![]() |
---|
Belajar dari YouTube, Pria Asal Purbalingga Bisa Cuan Rp 5 Juta Sebulan Dari Oplos Gas LPG Subsidi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.