Opini
Mengurai Akar Kemiskinan: Tahun Pertama Luthfi dalam Mengangkat Martabat Warga Jawa Tengah
Di tanah yang subur oleh gunung dan sungai, Jawa Tengah menyimpan ironi yang telah berpuluh tahun menghantui para pemimpinnya
Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
Program lain yang menjadi perhatian adalah “graduasi kemiskinan”—pendampingan intensif rumah tangga sangat miskin agar naik kelas sosial. Program ini memadukan edukasi ekonomi, pelatihan kerja, penguatan usaha kecil, hingga monitoring rutin oleh babinsa, bhabinkamtibmas, dan perangkat desa.
Dari perspektif Pierre Bourdieu, program ini mengintervensi modal sosial dan modal budaya sekaligus. Keterampilan adalah modal budaya; pendampingan desa adalah modal sosial. Keduanya penting memutus kemiskinan struktural.
Tantangannya adalah kontinuitas. Pengentasan kemiskinan bukan event, tetapi hubungan jangka panjang. Tahun pertama adalah fondasi; tahun kedua dan ketiga akan menentukan apakah program ini menjadi transformasi atau sekadar eksperimen.
Infrastruktur Dasar Sebagai Pengungkit Mobilitas Sosial
Luthfi juga mendorong penguatan infrastruktur dasar: jalan kabupaten, air bersih, sanitasi, dan sekolah ramah keluarga miskin. Todaro dan Smith dalam Economic Development menegaskan infrastruktur sosial memiliki efek multipel: menurunkan biaya ekonomi dan membuka mobilitas sosial.
Skalanya belum sebesar era APBD besar, tetapi arah kebijakannya jelas: membangun fondasi kesejahteraan jangka panjang.
Pendidikan dan Human Capital: Mencegah Kemiskinan Generasi Baru
Provinsi memperkuat beasiswa untuk siswa miskin, vokasi industri, dan kolaborasi akademik dalam pemberdayaan desa. Ini sejalan dengan teori human capital Gary Becker: kualitas manusia menentukan kemiskinan jangka panjang.
Pertanyaan besarnya masih sama: apakah industri benar-benar mampu menyerap lulusan vokasi? Apakah ekosistem inovasi daerah benar-benar hidup?
Ahli demografi seperti Eko Prasetyono dan Sugiyanto mengingatkan bahwa Jawa Tengah menghadapi penuaan penduduk lebih cepat dibanding provinsi tetangga. Penduduk produktif yang menyusut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan memperberat pengentasan kemiskinan.
Artinya, kebijakan Luthfi harus menyelesaikan dua masalah sekaligus: kemiskinan hari ini dan kesiapan tenaga kerja masa depan.
Kemiskinan Agraris dan Jebakan Lintas Generasi
Kemiskinan di Jawa Tengah adalah kemiskinan agraris—berkelindan dengan akses pendidikan rendah, lahan sempit, dan mobilitas sosial terbatas. Sosiolog rural T. Shanin menyebutnya sebagai “status struktural” yang sulit diputus tanpa intervensi komprehensif.
Konvergensi lintas-sektor Luthfi berupaya menjawab ini, tetapi realisasi kebijakan tetap menjadi kunci.
Kebijakan Bergerak, Tapi Dampak Harus Dibuktikan
| Mengawal Peta Jalan Vokasi 2045 |
|
|---|
| Kartu Zilenial dan Tantangan Implementasi Program Kepemudaan |
|
|---|
| Memperkuat Program Speling sebagai Model Baru Layanan Spesialistik Berbasis Inklusi |
|
|---|
| Membangun SDM dan Literasi Digital: Arah Baru Jawa Tengah |
|
|---|
| Aksesibilitas dan Kolaborasi: Dua Pilar Strategis Pendidikan Jawa Tengah |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251118_Wahidin-Hasan-2.jpg)