Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Opini

Mengurai Akar Kemiskinan: Tahun Pertama Luthfi dalam Mengangkat Martabat Warga Jawa Tengah

Di tanah yang subur oleh gunung dan sungai, Jawa Tengah menyimpan ironi yang telah berpuluh tahun menghantui para pemimpinnya

Penulis: Adi Tri | Editor: galih permadi
IST
Wahidin Hasan Pemerhati Kebijakan Publik LHKP PWM Jawa Tengah 

Dalam setahun kepemimpinan, sejumlah langkah konkret layak diapresiasi: RTLH berjalan, data kemiskinan diperbaiki, pendampingan keluarga miskin diperkuat, kolaborasi antaraktor meningkat.

Namun Jeffrey Sachs mengingatkan: keberhasilan anti-kemiskinan harus diukur dari dampaknya, bukan jumlah programnya. Jawa Tengah membutuhkan sistem monitoring dan evaluasi yang transparan dan berbasis data agar publik dapat menilai perkembangan secara jernih.

Wajah Manusia dalam Angka Statistik

Pada akhirnya, kemiskinan adalah wajah manusia: ibu yang mengatur uang belanja pas-pasan, anak sekolah dengan sepatu bolong, petani yang cemas saat harga padi jatuh. Kebijakan publik yang baik adalah kebijakan yang mengembalikan martabat mereka.

Satu tahun pertama Ahmad Luthfi memberi sinyal arah baru. Tetapi, seperti kata Amartya Sen, pembangunan adalah proses memperluas kebebasan manusia. Kebijakan yang tidak memperluas kebebasan warga untuk hidup sehat, berpendidikan, dan bermartabat—tak layak disebut pembangunan.

Arah Panjang Menuju Transformasi Sosial

Tahun-tahun berikutnya adalah panggung pembuktian. Jika konvergensi berjalan, data diperkuat, infrastruktur sosial dibangun, dan manusia diperlakukan sebagai subjek pembangunan, bukan objek kebijakan, maka kemiskinan di Jawa Tengah bisa turun tidak hanya beberapa angka—tetapi turun secara historis.

Sejarah akan mencatat: apakah tahun pertama ini hanya pemanasan, atau menjadi pijakan bagi kisah besar perubahan sosial di Jawa Tengah. *

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved