Demonstrasi di Semarang
Kronologi Mahasiswa Unnes Tewas Usai Aksi di Polda Jateng, Bermula Jemput Teman yang Ditahan Polisi
Anggota Pusat Bantuan Hukum IKatan Alumni (PBH IKA) Alumni FH Unnes Naufal Sebastian menjelaskan kronologi tewasnya Iko Juliant Junior.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Anggota Pusat Bantuan Hukum IKatan Alumni (PBH IKA) Alumni FH Unnes Naufal Sebastian menjelaskan kronologi tewasnya Iko Juliant Junior.
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang angkatan 2024, Iko Juliant Junior meninggal dunia dalam kondisi penuh kejanggalan setelah aksi di Polda Jateng pada Sabtu 30 Agustus 2025.
Pada hari itu Iko mulanya berpamitan ke ibunya hendak pergi ke kampus dengan memakai baju PDH DPM membawa tas ransel warna biru yang berisi jas almamater, serta mengendarai motor sendiri, Sabtu, 30 Agustus 2025 pukul 17.00.
Baca juga: Pertimbangkan Kondisi Indonesia saat Ini, Unnes Terapkan Pembelajaran Online
Baca juga: "Semua Sudah Jelas" Kapolri Tanggapi Mahasiswa Jogja Tewas Diduga Dianiaya Polisi saat Aksi
Baca juga: "Ampun Pak, Tolong Jangan Pukulin Saya Lagi," Igauan Terakhir Iko Sebelum Tewas Penuh Kejanggalan
Selepas itu, Iko sudah pulang ke rumah Sabtu, 30 Agustus 2025 sekitar sebelum pukul 23.00 WIB.
Iko dijemput oleh teman rumahnya untuk pergi ke Jalan Pahlawan, Semarang dan memberi kabar kepada temannya yang lain melalui pesan whatsapp bahwa dia hendak ke Polda Jateng untuk menjemput teman-temannya yang masih ditahan oleh pihak Kepolisian, Sabtu, 30 Agustus 2025 sekitar pukul 23.00 WIB
"Pada saat itu Iko masih memakai baju PDH DPM FH UNNES, dan membawa tas ransel warna biru yang berisi jaket almamater," kata Naufal.
Selepas itu, Iko tidak ada kabar. Keluarga kemudian mendapatkan informasi bahwa Iko dilarikan ke rumah sakit Kariadi Semarang.
Naufal menuturkan, berdasarkan keterangan Satpam RS Kariadi, Iko diantar ke RS. Kariadi Semarang oleh Brimob Polda Jawa Tengah dalam kondisi kritis pada Minggu, 31 Agustus 2025 sekitar pukul 11.00.
Sementara berdasarkan keterangan dokter, Iko mengalami kerusakan di bagian limpa dan pendarahan hebat.
Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi. 'Ibu Iko menyetujui operasi dilakukan," terangnya.
Naufal melanjutkan, selepas operasi tersebut selesai, Iko ditemani oleh ibunya.
Dari keterangan ibunya, Iko sempat mengigau dengan kalimat “ampun pak, tolong pak, jangan pukulin saya lagi”.
"Iko mengucapkan kalimat yang sama hingga 3 kali. Sambil memegangi tangan anaknya, Ibu Iko berbisik lirih agar memaafkan," bebernya.
Namun, Iko meninggal dunia pada Minggu, tanggal 31 Agustus 2025, sekitar pukul 15.30.
Naufal menyebut, berdasarkan foto dari jenazah Iko, sebelum dimakamkan dan diambil hanya dibagian kepala, ada luka sobek di bibirnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.