TPS-3R Banyurip dan Pringrejo Jadi Model Pengelolaan Sampah Mandiri di Kota Pekalongan

Menariknya, pengelolaan TPS-3R ini dilakukan secara mandiri oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) tanpa bergantung pada APBD.

"Masyarakat membayar langsung kepada KSM untuk pengangkutan dan pengelolaan. Dana tersebut digunakan untuk menggaji sembilan pekerja yang seluruhnya dibiayai dari hasil pengelolaan sendiri."

"Ini menjadi contoh bahwa, pengelolaan sampah juga bisa mandiri dan produktif," kata Joko.

Pola pengelolaan mandiri di Banyurip ini akan dijadikan model percontohan bagi TPS-3R lain di Kota Pekalongan.

Menurut Joko, sistem serupa sudah mulai diterapkan di TPS-3R Pringrejo, yang sebelumnya merupakan bantuan Kementerian PUPR dan kini dikembangkan dengan fasilitas baru.

"Di Pringrejo, kita lengkapi dengan mesin pilah seperti di Banyurip agar pengelolaan lebih optimal," paparnya.

Hingga akhir tahun 2025, DLH menargetkan lima TPS-3R di berbagai wilayah rampung dan beroperasi, termasuk di Krapyak, Klego, Bakgi, Buaran Kradenan, dan Kalibaros.

"Yang sudah selesai 100 persen itu di Banyurip dan Pringrejo, sementara lainnya masih tahap pengerjaan," jelas Joko.

Ia berharap, dengan beroperasinya TPS-3R di sejumlah titik, sistem pengelolaan sampah di Kota Pekalongan semakin efisien, berdaya guna, dan berkontribusi terhadap pengurangan volume sampah di TPA Degayu.

"Semoga upaya ini dapat berjalan lancar dan berkelanjutan. Kami juga mengajak masyarakat untuk ikut memilah sampah sejak dari rumah," pungkasnya. (Dro)