Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Readers Note

Membangun Sekolah Bahagia dan Aman bagi Siswa

Konsep sekolah bahagia bukan berarti sekolah yang penuh tawa tanpa aturan. Sekolah bahagia adalah tempat di mana guru dan siswa sama-sama

Editor: iswidodo
tribunjateng/dok pribadi
Indah Haryanti Nur Purnama, S.Psi Mahasiswa Magister Psikologi Unika Soegijapranata 

Sering kali, ilmu hanya “lewat” di kepala siswa , dihafal saat ujian, lalu hilang setelahnya.
Sekolah bahagia mengubah itu dengan menciptakan pembelajaran yang membekas.
Anak tidak hanya tahu rumus atau definisi, tetapi memahami maknanya dalam kehidupan nyata.
Misalnya, pelajaran matematika dapat dikaitkan dengan pengelolaan uang jajan, atau pelajaran Bahasa Indonesia dengan menulis surat untuk teman.

Ketika belajar menjadi pengalaman hidup, ilmu tidak lagi sekadar lewat, ia tertanam dan tumbuh bersama karakter. 

Sekolah bahagia adalah sekolah yang menghargai perjalanan, bukan hanya tujuan. Ketika guru melatih siswa untuk menikmati proses, mereka belajar ketekunan, rasa ingin tahu, dan rasa syukur atas setiap kemajuan kecil.

Hasil belajar yang tinggi akan mengikuti, tetapi kebahagiaan belajar adalah yang utama.
Karena pada akhirnya, tugas pendidikan bukan sekadar mencetak siswa pintar, tetapi membentuk manusia yang utuh, bernalar, berempati, dan berbahagia.

Jangan Tunggu Dana

Sekolah tidak perlu menunggu proyek besar atau dana tambahan untuk mulai membangun kebahagiaan belajar. Dengan sumber minimal, langkah nyata bisa dilakukan.

Di akhir pelajaran, sediakan 3 menit bagi siswa untuk menulis hal yang mereka syukuri atau pelajaran bermakna hari itu. Setiap minggu, satu siswa memberi apresiasi pada teman yang membantu atau berbuat baik. Kaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari: kebersihan, ekonomi rumah tangga, lingkungan sekolah.

Ciptakan sudut sederhana di kelas untuk memajang karya, refleksi, atau kata-kata penyemangat dari siswa. Adakan sesi berbagi 30 menit setiap bulan antar guru tentang praktik mengajar yang membahagiakan.

Mengajar dengan Hati

Membangun sekolah bahagia tidak memerlukan fasilitas mewah, tetapi dimulai dari cara guru memandang siswanya. Sekolah yang bahagia lahir dari guru yang mengajar dengan hati, mendengarkan dengan empati, dan memberi ruang bagi setiap anak untuk tumbuh sesuai potensinya. 

Dengan langkah-langkah sederhana, sekolah dapat menumbuhkan suasana belajar yang positif, meningkatkan motivasi, dan bahkan hasil akademik sebagaimana ditemukan dalam berbagai riset pendidikan positif di dunia. Karena sejatinya, sekolah yang bahagia adalah sekolah yang menumbuhkan manusia, bukan sekadar nilai. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved