Tangis Warga Suku Anak Dalam Lepas Bilqis Balita Korban Penculikan: Sudah Sangat Dekat
Pengakuan Suku Anak Dalam Jambi Soal Balita 4 Tahun Dijual ke Kelompoknya Rp80 Juta, Diminta Merawat
KKI Warsi menyerukan agar penegakan hukum dan pemberitaan media dilakukan dengan perspektif perlindungan terhadap kelompok rentan. Publik dan aparat diminta berhati-hati agar tidak menjadikan Orang Rimba kambing hitam atas persoalan sosial yang lebih luas.
"Yang perlu diusut bukan hanya siapa yang terlibat, tetapi siapa yang memanfaatkan Orang Rimba dan menciptakan kondisi yang membuat mereka terjebak dalam situasi ini," tegas Robert Aritonang.
Dia berharap kasus ini diharapkan menjadi momentum untuk melihat secara utuh problematika Orang Rimba, dan mulai langkah-langkah untuk pemulihan persoalan sosial mereka.
"Bisa dilakukan dengan memperluas akses terhadap pendidikan, layanan dasar, dan pengakuan hak atas wilayah hidup," ujarnya.
Polisi Sempat Negosiasi Alot dengan SAD
Proses evakuasi BQ ternyata jauh lebih rumit daripada penangkapan para pelaku.
Untuk mendapatkan kembali BQ,Tim Opsnal Satreskrim Polres Kerinci bersama Tim Resmob Polda Jambi dan Tim Satreskrim Polrestabes Makassar, harus bernegosiasi selama dua malam penuh dengan para tetua adat SAD.
Negosiasi itu berlangsung sejak Jumat (7/11/2025) hingga Sabtu malam di wilayah pedalaman yang hanya bisa ditempuh lewat perjalanan darat belasan jam.
“Dari Merangin masuk lagi ke daerah kampung dalam (SAD) untuk koordinasi dengan kepala-kepala suku adatnya di situ agar anak itu diserahkan kembali,” kata Kasubnit II Jatanras Satreskrim Polrestabes Makassar, Ipda Supriadi Gaffar, Senin (10/11/2025), dilansir dari Kompas.com.
Menurut Supriadi, negosiasi sempat berjalan sangat alot.
Polisi bahkan harus memohon dengan penuh kesabaran agar warga SAD bersedia menyerahkan Bilqis.
“Kami memohon karena kami datang dengan hati nurani. Kalau anak itu tidak pulang, kami juga tidak akan pulang. Kami bujuk terus, mereka bertahan, karena sudah menganggap anak itu sebagai milik mereka sendiri,” ujarnya.
Saat akhirnya BQ diserahkan, suasana berubah menjadi haru.
Warga SAD menangis, sementara BQ sempat meronta karena sudah begitu dekat dengan orang-orang yang merawatnya.
“Iya, betul, orang di sana menangis. BQ sempat meronta karena menganggap itu bapaknya, saking dekatnya mereka,” kata Supriadi.
Terungkap BQ sempat diganti nama saat dijual. Dia dikenalkan dengan nama Kiky saat dijual.
Sebelumnya, Tim Opsnal Satreskrim Polres Kerinci mendapat informasi dari Tim Satreskrim Polrestabes Makassar, bahwa pelaku penculikan atas nama Adefrianto Syahputra S dan Mery Ana berada di Kota Sungai Penuh.
| Kasus Bullying di SMP N 1 Blora, Dewan Pendidikan : Sekolah Harus Jadi Tempat Aman bagi Anak |
|
|---|
| Mampukah Ega Raka Buktikan Omongannya Ingin PSIS Semarang Balas Dendam di Kandang Persiku Kudus? |
|
|---|
| Bulan Arwah, Umat Katedral Semarang Kenang yang Telah Berpulang dengan Doa dan Persembahan Kasih |
|
|---|
| Kemenkum Jateng Ikuti ToT Regulatory Impact Assessment |
|
|---|
| Tumbuhkan Kepekaan Kemanusiaan, MI Al Muttaqin Cilacap Kenalkan Sosok Pahlawan Lewat Seni Grafis |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/20251109_Bilqis-Ramadhany-balita-korban-penculikan_1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.