5.800 Warga Semarang Menyandang Disabilitas, Sudahkan Kota Lumpia Ramah Difabel?
Sebanyak 5.800 warga Kota Semarang tercatat menyandang disabilitas. Jumlah tersebut berdasarkan data yang dikumpulkan Dinas Sosial (Dinsos) Kota
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebanyak 5.800 warga Kota Semarang tercatat menyandang disabilitas.
Jumlah tersebut berdasarkan data yang dikumpulkan Dinas Sosial (Dinsos) Kota Semarang.
Kabid Rehabilitasi Sosial Dinsos Kota Semarang, Tri Waluyo menuturkan, data tersebut belum terverifikasi dan terverifali.
Rencananya, Dinsos Kota Semarang akan melakukan verifikasi dan verifali data penyandang disabilitas pada 2020 mendatang.
Bertepatan dengan Hari Difabel Internasional yang diperingati setiap 3 Desember, Tri mengatakan, kesetaraan difabel di Kota Semarang terus dijunjung tinggi.
Pemkot Semarang selalu melibatkan para difabel ke berbagai lini, antara lain muserenbang mulai dari tingkat kelurahan hingga tingkat kota, pembahasan RPJMD, dan berbagai kegiatan di sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD).
• 50 Persen Lebih ODHA di Kabupaten Karanganyar Belum Terdeteksi
• Pergerakan Tanah Rusak Bangunan SDN 1 Suwidak Banjarnegara, Dinding Retak dan Pembelajaran Terganggu
• Mengulas Kisah Getir Raden Ajeng Kardinah dalam Teaterikal Tari di Tegal
• Fraksi PKB Sebut Pemkab Demak Gagal Jalankan Pemerintahan
"Kami sudah membentuk tim advokasi difabel dalam rangka mengawal pemerintah kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan.
Dengan adanya UU 8/2018, semua pembanguan fisik dan non fisik harus berafiliasi dengan difabel.
Itu sudah dilakukan Pemkot Semarang," terang Tri, Selasa (3/12/2019).
Lanjutnya, Pemkot juga berupaya memberikan fasilitas semaksimal mungkin bagi para difabel diantaranya berbagai pelatihan dan Trans Semarang yang saat ini tengah uji coba bus low deck untuk memudahkan para difabel.
"Difabel kan kandang pendidikan terbatas, sekolah adanya inklusi.
Kalau tidak mampu sekolah formal kami ada kegiatan vokasi untuk membekali diri supaya teman-teman difabel mandiri," terangnya.
Rencananya, Dinsos juga akan membuka pusat layanan autis (PLA) di Srondol.
Saat ini tempat tersebut masih dalam proses pembangunan.
PLA ini nantinya akan memfasilitasi para penyandang autis antara lain pendidikan, lauanan terapi, dan konseling.
