Berita Sragen
Kisah Polisi Dirikan Rumah Yatim dan Duafa di Plupuh Sragen, Motivasinya Bikin Terenyuh
Ini alasan Bhabinkamtibmas Aiptu Budi Wahono menginisiasi pendirian Rumah Peduli Yatim dan Duafa di Kabupaten Sragen.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Menjadi Bhabinkamtibmas membuat Aiptu Budi Wahono, anggota Polres Sragen lebih dekat dengan masyarakat desa yang menjadi wilayah kerjanya, Desa Somomorodukuh, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen.
Di sana ia melihat realitas sebagian masyarakat pedesaan yang hidupnya memprihatinkan.
Sebagian warga harus berjuang melawan kemiskinan.
Baca juga: Kompaknya Ibu-ibu Perumahan Taman Asri Sragen, Bagi Takjil Nasi Kotak dengan Menu Beragam
Baca juga: Teror Parasit Darah Menjangkit Hewan Ternak Sragen, Sudah 18 Sapi Mati Mendadak
Baca juga: Pilu Nasib Peternak di Desa Gemantar dan Jekani Sragen, 18 Sapi Mati diduga karena Parasit Darah
Baca juga: Pembelian Minyak Goreng Curah Sragen Tidak Dibatasi, Warga Terima Antre Lama
Ada anak-anak yang sudah diuji dengan kerasnya hidup tanpa kasih orangtua.
Naluri kemanusiannya terketuk.
Ia tak sekadar berangan, namun menyatakannya dengan gerakan.
Atau lebih dari itu, sebuah gebrakan.
Aiptu Budi menginisiasi pendirian Rumah Peduli Yatim dan Duafa.
Sabtu (16/4/2022) sore, rumah itu lebih meriah dari biasanya.
Anak-anak yatim dan warga duafa berkumpul untuk menyambut berbuka.
Ini adalah momentum yang ditunggu bagi mereka.
Buka bersama bukan sekadar momentum membatalkan puasa dengan hidangan cuma-cuma.
Dengan berkumpul, kepercayaan diri mereka kembali membara.
Pada kegiatan suci itu, Aiptu Budi dan teman-temannya membagikan sembako, serta pakaian untuk anak yatim.
"Santunan pembagian sembako sebanyak 65 paket."
"Juga dibagikan baju Lebaran, 43 baju," katanya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (16/4/2022)
Aiptu Budi rela menyisihkan penghasilannya untuk menyantuni anak yatim dan duafa.
Ia juga menggalang donasi dari masyarakat dan kawan-kawannya untuk Rumah Yatim dan Duafa.
Keberadaan rumah itu membawa kebahagiaan bagi anak yatim dan duafa di desa.
Pihaknya membina 42 anak yatim dan duafa, serta 20 janda miskin di desa.
Mereka adalah kaum papa yang berhak atas sebagian harta orang kaya.
Dari sumbangan para donatur, pihaknya bisa menyantuni mereka sembako dan uang saku setiap bulan.
"Kami menjalin sinergitas antar instansi, karyawan dan lembaga di desa. Kami buat yayasan di desa bersama Babinsa, pemerintah desa dan pemuda," katanya.
Aiptu Budi ingin, anak-anak yatim bisa hidup layak dan menempuh pendidikan seperti anak pada umumnya.
Mereka butuh pembinaan agar meraih masa depan yang lebih cerah.
Anak yatim juga perlu terus ditumbuhkan rasa percaya dirinya.
Jangan sampai mereka merasa minder dan tak beruntung melihat anak-anak lain yang orang tuanya masih lengkap.
Kaum duafa juga perlu dipupuk kepercayaan dirinya agar tak minder dengan kemiskinannya.
Ini tentu tidak ada dalam tupoksi Aiptu Budi sebagai polisi.
Tapi Aiptu Budi ingin mendedikasikan hidupnya dengan berbuat lebih.
Ia sudah mendapatkan gaji dari pekerjaannya sebagai polisi.
Tapi ia ingin juga menumpuk pahala untuk kesejahteraannya di akhirat nanti.
"Saya berharap wajah dan ridho Allah, " katanya. (*)
Baca juga: Rektor Unnes Dianugerahi Sabuk Hitam Kehormatan INKAI, Karena Dasar Pertimbangan Ini
Baca juga: Persebaya Surabaya Rasa Negeri Samba Masih Tetap Ada, Komposisi Pemain Asing Sudah Lengkap
Baca juga: Imbas Pilkada Serentak 2024 di Karanganyar, Banyak Kegiatan Fisik Dicancel, Lainnya Bakal Dikurangi
Baca juga: Kasmat Lapor Polisi, Warga Samirejo Keringan Kudus Ini Jadi Korban Penganiayaan, Berikut Ceritanya