Berita Jawa Tengah

Ratusan ABK Meninggal di Perairan Jateng, Penyebab Kurangnya Perhatian Nahkoda dan Pemilik

Tingginya angka kematian di atas kapal disinyalir lantaran kurangnya perhatian pemilik kapal dan nahkoda terhadap kondisi kesehatan awak kapal. 

Penulis: iwan Arifianto | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/IWAN ARIFIANTO
DOKUMENTASI - Aktivitas bongkar muat ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kota Tegal, Kamis (8/9/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Direktorat Polisi Air dan Udara (Ditpolairud) Polda Jateng mencatat ada 131 orang meninggal dunia di perairan Jawa Tengah.

Mayoritas korban adalah anak buah kapal (ABK).

Mereka meninggal dunia akibat sakit.

"60 persen korban adalah ABK."

"Paling banyak karena sakit di atas kapal," jelas Dirpolairud Polda Jateng, Kombes Pol Hariadi kepada Tribunjateng.com, Rabu (18/1/2023). 

Baca juga: Restorasi Kali Semarang Segera Terlaksana, Anggaran Telan Hingga Rp 170 Miliar

Baca juga: Terdampak Tol Semarang-Batang, SMPN 16 Semarang Segera Dibangun di Sebelah Pizza Hut Ngaliyan

Tingginya angka kematian di atas kapal, menurut Kombes Pol Hariadi disinyalir lantaran kurangnya perhatian pemilik kapal dan nahkoda terhadap kondisi kesehatan awak kapal. 

Seharusnya nahkoda dan pemilik harus benar-benar memastikan kondisi kesehatan anak buahnya.

"Iya, perhatian dari nahkoda dan pemilik kapal kurang," tuturnya.

Ia mengimbau, para nahkoda dan pemilik kapal harus memeriksa ABK, baik dari segi dokumen dan kesehatan sebelum berangkat berlayar.

Sebab, pergi berlayar di laut menghabiskan waktu berbulan-bulan. 

"Mereka melaut bisa sampai dua bulan."

"Tidak mungkin ada kejadian langsung pulang, apalagi cuaca buruk," bebernya.

Baca juga: Viral Pria Ditarik Parkir Rp 50 Ribu di Jalan Agus Salim Kota Semarang, Dishub Beberkan Tarif Resmi

Baca juga: Viral Video Tukang Parkir Liar Tarik Tarif Rp 50 Ribu di Jalan Agus Salim Kota Semarang

Tak hanya kepada para ABK kapal besar, para nelayan kecil seringkali nekat melaut saat cuaca ekstrem.

Kombes Pol Hariadi mengatakan, setidaknya ada 4 kasus tahun ini dimana nelayan meninggal dunia akibat tenggelam di laut.

Mereka berasal dari Kabupaten Demak, Kota Semarang, dan Batang.

"Mereka nekat melaut saat cuaca ekstrem," ungkapnya.

Di sisi lain, pihaknya memberikan perhatian lebih terhadap wilayah rawan bencana rob seperti Kota Semarang, Demak, dan Pekalongan.

Menurutnya, manakala BMKG membagikan prakiraan terkait potensi rob tinggi, segera memberikan peringatan ke anggotanya, baik dari tingkat Polres hingga anggota di lapangan untuk waspada.

"Kami juga woro-woro ke masyarakat, tentu kami siapkan tim SAR," terangnya. (*)

Baca juga: Hingga Besok Pagi, Gelombang Tinggi di Perairan Utara Jawa Tengah, Ketinggian Capai 2,5 Meter

Baca juga: Cerita di Balik Mediasi Pemerkosaan di Brebes, Keluarga Pelaku Didesak LSM Siapkan Uang Rp 200 Juta

Baca juga: Pakai Jas Kuning, Ridwan Kamil Resmi Bergabung Ke Partai Golkar

Baca juga: Handphone Meledak di Kelas, Mata Seorang Siswi SMKN Mengalami Luka Bakar di Ponorogo

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved