Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pati

Kisah Sukses UMKM Bandeng Presto Pati Terus Berkembang Berkat Transformasi Digital

Jika berbicara tentang Kabupaten Pati, ikan bandeng merupakan salah satu topik utama.

Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: rival al manaf
TribunJateng.com/Mazka Hauzan Naufal
Pasangan Winarso dan Darni menunjukkan produk bandeng presto di rumah produksi mereka di Desa Dukutalit, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Kamis (25/5/2023). 

Untuk proses pemrestoan, ia juga belum sepenuhnya melakukan sendiri, melainkan masih bekerja sama dengan pihak ketiga.

Ikan bandeng yang sudah dipresto lalu mereka kemas dan jual di pasar tradisional setempat.

"Dulu namanya baru merintis, masih tahap permulaan, 25 kilogram saja dua hari baru habis terjual," ucap dia.

Ia menambahkan, dalam proses membesarkan usaha, ia rutin menjadi debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI.

"Kami ini langganan KUR. Sudah ambil berkali-kali. Kalau lunas ambil lagi untuk membesarkan usaha sampai sekarang. Buat beli alat produksi, misalnya freezer dan dandang presto. Dandang presto itu mahal, harganya puluhan juta," tutur Darni menambahkan.

Terbaru, kata dia, pihaknya mengambil KUR Rp 80 juta dan sudah berjalan selama satu tahun ini.

"Selain untuk modal, kami gunakan juga untuk renovasi tempat usaha. Kapasitas produksi juga sedikit demi sedikit ditambah," kata Darni.

Winarso menyebut, kini, dalam sehari pihaknya bisa mengolah lebih dari satu kuintal ikan bandeng.

Rata-rata, dibantu lima orang tenaga kerja, dalam satu hari ia memproduksi 120 kilogram bandeng presto. Sebanyak 50 kg diproduksi untuk pasar lokal. Sementara 70 kg diproduksi untuk menyuplai distributor dan rumah makan di Tangerang.

"Sudah lima tahun belakangan ini kami kirim ke Tangerang. Banyaknya tergantung stok. Dalam satu hari rata-rata 70 kg. Kadang 1 kuintal lebih. Yang kami kirim ke Tangerang bandeng ukuran besar," papar dia.

Proses pembuatan bandeng presto di tempat usahanya ialah sebagai berikut. Begitu bahan baku datang, ikan bandeng disiangi, dibuang kotorannya dipilah sesuai ukuran, lalu dimasak dalam dandang presto dan terakhir dikemas sebelum diedarkan.

"Tapi ternyata walerannya (jeroan bandeng) juga laku. Biasanya diambil bakul untuk dipepes," tambah Winarso.

Bagi Winarso, untuk mencapai titik ini, produsen bandeng presto tradisional seperti dirinya membutuhkan perjuangan cukup berat.

Misalnya dulu, saat istrinya masih aktif sebagai guru TK pada masa awal merintis usaha. Manajemen bisnis belum begitu tertata rapi sehingga keuangan usaha sempat terganggu. Beruntung, masalah itu bisa diatasi.

Kendala lain ialah mengenai pasokan bahan baku. Demi menjaga kualitas, Winarso dan Darni hanya menggunakan ikan bandeng hasil produksi petambak lokal Pati. Menurut mereka, bandeng asli Pati rasanya lebih enak dan tidak beraroma lumpur/tanah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved