Opini
Teaching Factory sebagai Sarana Pengembangan Soft Skills Lulusan Vokasi
Menghadapi Era Society 5.0, institusi pendidikan tinggi vokasi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis.
Oleh: M. Taufik Qurohman
Kepala Bagian Pengelolaan SDM Politeknik Harapan Bersama
Menghadapi Era Society 5.0, institusi pendidikan tinggi vokasi dituntut untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga keterampilan non teknis atau soft skills, seperti kemampuan komunikasi dan kolaborasi.
Era ini menekankan pada integrasi teknologi cerdas ke dalam kehidupan manusia secara harmonis, sehingga lulusan diharapkan memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi dan interaksi sosial yang kuat.
Salah satu pendekatan untuk meningkatkan keterampilan ini adalah melalui penerapan metode Project Based Learning
dalam Teaching Factory (TEFA).
Komunikasi menjadi soft skills yang penting dalam konteks ini, terutama dalam menghubungkan interaksi antar individu maupun dalam tim yang terdiri dari latar belakang berbeda.
Pada era society 5.0, kolaborasi antara manusia dengan teknologi semakin relevan, dan komunikasi efektif diperlukan untuk memastikan aliran informasi yang lancar, koordinasi tugas, dan penyelesaian masalah secara kolektif.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Sulistira, dkk (2023) dalam penelitiannya yang diterbitkan pada Indonesian Journal of Learning Studies, menyimpulkan bahwa komunikasi yang efektif merupakan kunci dalam proses berbagi informasi dalam tim dan penyelesaian masalah, dan berpengaruh pada kemampuan kolaborasi.
Dengan melihat kemampuan komunikasi mahasiswa, hal ini memberikan pemahaman bahwa mereka dihadapkan pada skenario
otentik yang menuntut interaksi langsung dengan klien atau konsumen.
Keterampilan komunikasi ini juga penting untuk mendukung interaksi yang lancar dengan teknologi cerdas, di mana kolaborasi antara manusia dan mesin memerlukan arahan yang jelas.
Selain komunikasi, kemampuan kolaborasi juga menjadi fokus utama dalam pelaksanaan TEFA.
Dalam proses pembelajaran ini memberikan mahasiswa kesempatan untuk bekerja dalam tim multidisiplin, yang tidak hanya terdiri dari manusia, tetapi juga melibatkan integrasi dengan teknologi seperti artificial intelligence (AI) dan robotika.
Kemudian literatur berikutnya Maksum, dkk (2023), dalam penelitiannya yang dipublikasikan pada International
Journal of Education in Mathematics, Science, and Technology; memberikan pemahaman bahwa Project Based Learning membantu mahasiswa vokasi untuk lebih siap menghadapi dunia kerja dengan meningkatkan kemampuan mereka dalam menyampaikan ide dalam lingkungan kolaboratif.
Sehingga Kolaborasi dalam tim memungkinkan mahasiswa untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dan berbagi informasi secara efektif.
Implementasi TEFA memberikan keuntungan besar dalam membekali mahasiswa dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia kerja.
Peran penting soft skills, khususnya dalam hal komunikasi dan kolaborasi, dapat menjadi kunci sukses dalam implementasi
TEFA, karena mahasiswa tidak hanya memperoleh keterampilan teknis yang dibutuhkan oleh industri, tetapi juga mengembangkan kemampuan bekerja di lingkungan yang semakin terdigitalisasi dan berbasis teknologi cerdas.
Harapannya dengan kuatnya soft skills dalam Implementasi TEFA ini bisa lebih memastikan bahwa lulusan dapat beradaptasi dan menjadi inovator di tengah perubahan dinamis di dunia kerja saat ini dan masa depan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.