Berita Semarang
Sunyi yang Menjahit Harapan: Cerita Madina Salma, Desainer Muda Tuli dari Semarang
Madina Salma Tsuraya (28) hidup di dunia tanpa suara. Dia tidak tahu bagaimana suara tawa terdengar
Penulis: Rezanda Akbar D | Editor: muh radlis
"Memang suka ikut pameran dan kompetisi, bagus untuk tempat pengembangan diri," tuturnya.
Madina berfokus pada pakaian siap pakai, bahasa kerennya ready to wear yang meliputi pakaian kerja, outer dan kemeja. Namun Madina juga merambah ke dunia fasyen pengantin.
Omzet usahanya kini melampaui Rp 20 juta. Dari sebuah sudut kecil di Kota Semarang, pakaian-pakaian rancangannya melanglang hingga ke luar negeri.
"Pembeli dari Semarang, Jakarta, Bali. Juga ada Prancis, Singapura, Jepang," katanya, seperti masih tak percaya.
Dia tak pernah membayangkan lembar-lembar kain yang dulu hanya disulam di kamarnya, kini digandrungi pembeli lintas benua. 
Salah satu pintu masuknya ke pasar global adalah komunitas fesyen dari UNESCO yang mempertemukannya dengan klien-klien mancanegara.
Di balik pencapaian yang hari ini bisa dia ceritakan dengan senyum, Madina Salma pernah berada di titik yang membuatnya hampir menyerah.
Tidak dipungkiri bahwa sebuah usaha memiliki kendala. Baginya, kendala terbesar dalam usaha fesyen yaitu biaya model saat mengikuti ajang fashion show.
“Fashion show itu penting. Tapi untuk bisa tampil, saya harus bayar model. Dan itu mahal,” katanya perlahan. 
Dia tahu betul, dunia ini bukan sekadar soal baju bagus, tapi juga tentang bagaimana meyakinkan orang bahwa karyanya layak dilihat.
Meski begitu, Madina tetap bekerja keras, menyisihkan sedikit demi sedikit hasil penjualan untuk bisa tampil di satu peragaan busana. Entah cukup atau tidak, dia tetap harus melangkah.
Sampai suatu hari, Madina bertemu seseorang yang kelak menjadi kawan sekaligus penyambung jalan. Lewat perkenalan itu, dirinya mengenal program permodalan dari BRI.
“Sejak 2024 saya mulai dibantu BRI. Saat itu rasanya seperti pintu baru terbuka. Saya bisa bernapas sedikit lebih lega, dan percaya bahwa brand ini bisa tumbuh lebih besar," tuturnya.
Tapi BRI tak hanya memberi modal. Mereka juga membuka ruang lewat expo, pameran, dan program lain yang membuat Madina bisa mempertemukan karyanya dengan lebih banyak mata, lebih banyak tangan.
Madina Salma tak pernah menduga, pertemuan biasa dengan perajin rajut justru mengantarnya pada sebuah pintu besar yakni akses pada pelatihan, jaringan, dan peluang bisnis yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
| Kisah Haru Warga Binaan Dapat Izin Dari Lapas Perempuan Semarang, Antar Suami ke Pemakaman | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Mondial Lingua Fest 2025 di SMP Mondial: Kreativitas, Literasi, dan Kepedulian Sosial Bersatu | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Aksi Heroik Pasutri di Ungaran, Pertemukan Kembali Anak Hilang Dengan Orangtua | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| UMK Semarang 2026: DPRD Buka Pintu Dialog! Buruh Siap Kawal Kenaikan Upah Ideal | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
| Pria di Pedurungan Semarang Tewas Diceburkan Usai Dikeroyok, Padahal Berniat Baik | 
				      										 
												      	 | 
				    
|---|
			
												      	
												      	
												      	
												      	
												      	
				
			
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.