Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Horizzon

Si Tukang Ukur Jalan dan Pengumpul Telek

Saya punya julukan untuk Bupati Blora Mas Arief Rohman sebagai ‘Si Tukang Ukur Jalan dan Pengumpul Telek’

DOK
Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng 

Oleh: Ibnu Taufik Juwariyanto, Pemimpin Redaksi Tribun Jateng

BERAS organik dalam kemasan lima kilogram dan sebuah buku Diplomasi Kuliner menjadi oleh-oleh  sepulang saya bertemu dengan Mas Arief Rohman, Bupati Blora, pekan lalu. Dua oleh-oleh yang diberikan oleh Mas Bupati ini benar-benar saya bawa pulang ke Jogja. Sesuai pesan yang disampaikan, beras organik ‘Mentik Susu’ itu juga saya minta kepada istri untuk memasaknya dengan ketel alias diliwet, dan bukan dengan magic com. 

Hasilnya, sesuai dengan apa yang saya bayangkan. Beras yang dihasilkan oleh petani Blora ini memang terasa pulen. Apalagi, saya memakannya dengan sambel terasi plus dadar telur, ikan asin, dan tempe garit, rasanya tebak sendiri karena saya tak punya kalimat yang bisa mewakilinya. 

Pekan lalu, saya memang sengaja datang ke Blora untuk urusan kantor, dan itu harus saya akui sebagai kunjungan pertama saya di kabupaten yang terkenal dengan kayu jati sekaligus salah satu lumbung pangan di Jawa tengah ini. Meski belum pernah ketemu dan kenalan, saya tahu bahwa Mas Arief Rohman merupakan satu dari bupati di Jawa Tengah yang memenangi Pilkada Serentak 2024 dengan angka yang membuat decak kagum. Sebagai petahana, ia memenangi konstestasi dengan angka 83 persen. 

Angka inilah yang menjadi pertanyaan pembuka saya untuk Mas Bupati. Saya bertanya kenapa angkanya bisa ‘seradikal’ itu. Dan dari pembicaraan kami mengalir begitu saja hingga saya punya julukan untuk Mas Arief Rohman sebagai ‘Si Tukang Ukur Jalan dan Pengumpul Telek.’

Pria yang menyelesaikan S1 Ilmu Politik di Darul Ulum Jombang, kemudian meraih S2 di UI, dan gelar doktoral di Universitas Negeri Semarang (Unnes) ini ternyata memiliki kesederhanaan dalam menjabarkan tanggung jawabnya sebagai kepala daerah. Menurutnya, menjadi bupati adalah menjawab apa yang menjadi keinginan masyarakat yang dipimpinnya. 

Pengalaman menjadi wakil bupati satu periode menjadi modalnya untuk memahami keinginan masyarakat Blora. “Menjadi Bupati Blora itu sederhana karena keinginan masyarakatnya juga sangat sederhana. Di Blora yang diinginkan masyarakat adalah jalan yang bagus dan itu saja yang menjadi prioritas saya,” kata Arief Rohman

Saya tentu tak langsung percaya dengan apa yang disampaikan oleh Mas Bupati, namun data yang ada memang menunjukkan bahwa di bawah kepemimpinan Arief Rohman infrastruktur jalan memang menjadi proyek yang mendapatkan porsi belanja modal paling besar. Bahkan ia mengaku berani berutang ke bank daerah hanya untuk membangun jalan. 

Data yang ada menunjukkan, pada 2021 Blora menyiapkan Rp 106 miliar untuk jalan, kemudian 2022 lebih besar dengan budget Rp 308 miliar yang mampu membangun ruas sepanjang 116 kilometer. 

Tema membangun jalan di Blora ini masih dilanjutkan pada tahun berikutnya, 2023, dengan anggaran Rp 204 miliar (64 kilometer), lanjut pada 2024 senilai Rp 68 miliar (28 kilometer), dan pada 2025 ini uang yang disediakan untuk menjawab keinginan warga Blora terkait pembangunan  jalan sebesar Rp 400 miliar untuk 103 ruas. 

Senada seirama, isu tentang jalan ini juga sempat saya konfirmasi ke salah satu warga, yang tinggalnya tak jauh dari Kedai Kopi Santan, satu dari sekian kuliner khas yang juga direkomendasikan Mas Arief Rohman  untuk saya singgahi. Warga yang saya tak sempat tanyakan namanya ini memang mengaku bahwa yang dibutuhkan warga Blora adalah akses jalan. 

Lalu darimana julukan “tukang ngumpulke telek”, frasa kelanjutan dari tukang ukur jalan? Saya harus akui bahwa mas Arief Rohman yang memang warga asli Blora ini paham betul dengan potensi Blora yang berstatus sebagai lumbung pangan Jawa Tengah.

Hasil pertanian yang menjadi andalan dan juga potensi banyaknya ternak sapi dia kawinkan untuk mewujudkan mimpi meningkatkan kualitas produk pertanian Blora. Mimpi itu adalah menjadikan Blora sebagai kabupaten organik. 

Arief Rohman melihat selama ini petani Blora sudah sadar akan manfaat kotoran sapi sebagai pupuk kandang. Untuk memaksimalkan peluang ini sekaligus cita-citanya membuat Blora sebagai kabupaten organik, ia menginisiasi program Geseku, yaitu Gerakan Sejuta Kotak Umat. Sangat sederhana, ia menginisiasi ketersediaan kotak penampung kotoran sapi plus fasilitas fermentasi yang meningkatkan kualitas pupuk kandang dari melimpahnya kotoran sapi di Blora ini. 

Tak marah disebut sebagai bupati yang rajin mengumpulkan telek sapi, Arief Rohman yang memiliki data keberadaan 200.000-an sapi ini kemudian membuat 500 kotak kotoran sapi, pada 2023. Tahun berikutnya ditingkatkan jumlahnya menjadi 1.300 kotak dan tahun ini dilipatgandakan menjadi 2.200 kotak kotoran sapi untuk memproduksi pupuk kandang yang akan mendukung program Blora Kabupaten Organik. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved