Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Readers Note

Anak Dididik Bukan Dibidik

Sebagian besar guru sebenarnya tidak bermaksud menyakiti, mereka hanya mengulang pola yang dulu dialami saat kecil.

|
Editor: iswidodo
tribun jateng/dok pribadi
Saniatus Solihah SE mahasiswa Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata 

Sayangnya konsep ini masih belum dipahami oleh sebagian besar guru, meskipun disiplin positif sudah populer sejak Kurikulum Merdeka Belajar dimana Guru Penggerak mendapatkan pelatihan tentang disiplin positif namun implementasinya masih sangat minim. Sebagian besar guru belum mengetahui konsep ini bahkan guru yang sudah mengetahui pun tidak menjamin dapat mengimplementasikan di satuan pendidikan

Membuat Takut

Hukuman yang disertai dengan kekerasan dampaknya lebih besar tidak sekedar yang tampak di permukaan. Anak mungkin tampak menurut tapi sesungguhnya mereka patuh karena takut, bukan karena memahami. 

Rasa takut perlahan akan mengikis harga diri membuat anak ragu mengambil keputusan dan membuat keyakinan bahwa kekuatan adalah cara untuk mengendalikan orang lain. Anak yang sering mendapat hukuman keras cenderung mengalami kesulitan mengelola emosi, mudah cemas, dan kurang percaya diri. 

Dalam jangka panjang, mereka bisa tumbuh menjadi pribadi yang agresif atau justru pasif, dua sisi ekstrem dari luka yang sama. Di sekolah, anak seperti ini sering sulit fokus belajar, mudah tersinggung, dan menarik diri dari lingkungan sosialnya.

Tidak hanya itu guru juga dihadapkan dengan pelaporan orang tua yang tidak menerima anaknya diperlakukan kekerasan, mereka terancam UU No. 35 Tahun 2014 tentang perlindungan anak yaitu pidana penjara maksimal 3 tahun 6 bulan dan/atau denda maksimal Rp 72 juta untuk kekejaman dan penganiayaan. Ancaman pidana penjara maksimal 15 tahun dan denda Rp 500 juta untuk kekerasan seksual.

Pandangan Psikologi

Dari sudut pandang psikologi, hukuman dalam mendisiplinkan anak seringkali justru menimbulkan dampak negatif. Menurut B.F. Skinner, hukuman memang dapat menghentikan perilaku yang tidak diinginkan, tetapi tidak mengajarkan perilaku baru yang lebih baik. Anak akhirnya patuh karena takut, bukan karena memahami alasan di balik aturan. Ia belajar menghindari kesalahan, bukan belajar bertanggung jawab.

Albert Bandura melalui teori belajar sosial menjelaskan bahwa anak-anak membentuk perilakunya dengan meniru orang dewasa di sekitarnya. Ketika guru menggunakan kekerasan untuk menegakkan aturan, tanpa disadari anak menyerap pesan bahwa kekuasaan berarti boleh menyakiti. Pola seperti ini dapat terbawa hingga dewasa, menciptakan lingkaran kekerasan yang berulang dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Padahal, yang dibutuhkan anak bukanlah ketegasan yang menakutkan, melainkan hubungan yang aman dan penuh kasih. Seperti dijelaskan John Bowlby dalam teori attachment, ikatan emosional yang hangat antara anak dan figur otoritas termasuk guru menjadi dasar rasa aman dan motivasi belajar. 

Anak yang merasa diterima dan dihargai akan lebih mudah mengatur diri dan memahami aturan, bukan karena takut dihukum, tetapi karena ingin menjaga hubungan baik dengan orang dewasa yang ia hormati.

Pandangan humanistik dari Carl Rogers memperkuat hal itu. Rogers meyakini setiap anak memiliki dorongan alami untuk tumbuh dan berkembang, namun potensi itu hanya muncul dalam suasana yang penuh penerimaan atau yang disebut unconditional positive regard (penerimaan tanpa syarat).

Dalam konteks pendidikan, sikap ini berarti guru menerima anak sebagaimana adanya, bahkan ketika ia berbuat salah. Guru tetap menegur dengan kasih, bukan dengan amarah sehingga anak merasa aman untuk belajar, berani mencoba, dan tumbuh menjadi pribadi yang autentik.

Aman dan Nyaman 

Lalu, bagaimana kita bisa menciptakan ruang belajar yang aman bagi anak?
Semuanya berawal dari cara kita memandang mereka. Anak bukanlah objek yang harus dikendalikan, melainkan pribadi yang sedang belajar memahami dunia. 

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved