Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

OPINI

OPINI Aloys Budi Purnomo : Mencegah Kezaliman, Membela Yang Dizalimi

Saya diundang ikut menandatangani Piagam Persaudaraan Manusia di UIN Raden Mas Said Surakarta dan menjadi narasumber dalam sesi seminar di tempat yang

Bram Kusuma
Aloys Budi Purnomo 

Oleh Dr. Aloys Budi Purnomo

Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan Unika Soegijapranata

Saya diundang ikut menandatangani Piagam Persaudaraan Manusia di UIN Raden Mas Said Surakarta dan menjadi narasumber dalam sesi seminar di tempat yang sama (2/2/2023), Ma’had Al Jami’ah UIN Raden Mas Said Surakarta bekerja sama dengan Majelis Hukama Muslimin cabang Indonesia menyelenggarakannya dalam rangka Peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional 4 Februari sebagaimana dicanangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),

Dalam hajatan tersebut hadir salah satu narasumber, yakni Syekh Abdul Aziz Mahmud Abdul Aziz Zaid dari Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir yang menyampaikan materinya dalam bahasa Arab.

Atas materi yang disampaikannya, saya terkesan dengan penekanan tentang pentingnya membangun ukhuwah insaniah yang bersumber dari ajaran Islam sebagai rahmatan lil alamin.

Muara dari semua itu adalah mencegah agar tidak terjadi kezaliman, dan menumbuhkan keberanian untuk membela siapa saja yang dizalimi tanpa diskriminasi!

Pada giliran saya berbicara, saya mengatakan bahwa saya sangat sepakat dengan yang disampaikan Syekh Abdul Aziz, bahkan dalam semangat doa, saya katakan: amin, amin, ya Robiallamin!

Dokumen Abu Dhabi

Peringatan Hari Persaudaraan Manusia Internasional yang dicanangkan PBB bermula dari perjumpaan antara Paus Fransiskus dan Syekh Ahmed al-Tayyeb.

Paus Fransiskus adalah pelayan umat Katolik di seluruh dunia, sedangkan Syekh Ahme al-Tayyeb adalah Imam Besar Al Azhar Mesir yang memiliki pengaruh secara global.

Pada tanggal 4 Februari 2019, mereka berjumpa dan menandatangani Dokumen Abu Dhabi yang hingga saat ini dan ke depan membawa berkat persaudaraan tingkat global tanpa diskriminasi bagi semua orang.

Secara tegas, Paus Fransiskus dan Syekh al-Tayyeb menyerukan dalam dokumen tersebut bahwa iman seharusnya menuntun orang beriman untuk memandang dalam diri sesamanya seorang saudara lelaki atau perempuan untuk didukung dan dikasihi.

Melalui iman pada Allah, yang telah menciptakan alam semesta, ciptaan, dan seluruh umat manusia (setara karena rahmat-Nya), umat beriman dipanggil untuk menyatakan persaudaraan manusia ini dengan melindungi ciptaan dan seluruh alam semesta serta mendukung semua orang, terutama mereka yang paling miskin dan yang paling membutuhkan.

Itulah nilai transendental yang berfungsi sebagai titik awal untuk sejumlah pertemuan yang ditandai dengan suasana persahabatan dan persaudaraan untuk berbagi sukacita, dukacita, dalam menghadapi berbagai masalah dunia kita saat sekarang.

Dunia saat ini sedang dicekam berbagai persoalan terkait dengan tingkat kemiskinan, konflik dan penderitaan begitu banyak saudara dan saudari di berbagai belahan dunia sebagai akibat dari perlombaan senjata, ketidakadilan sosial, korupsi, ketimpangan, kemerosotan moral, terorisme, diskriminasi, ekstremisme, dan banyak sebab lainnya.

Dokumen Abu Dhabi mengungkapkan harapan besar untuk masa kini dan di masa mendatang yang cerah bagi semua umat manusia tentang persaudaraan manusia demi membela yang terzalimi dan mencegah kezaliman!

Secara prinsip, Dokumen Abu Dhabi mengundang semua orang yang memiliki iman kepada Allah dan iman dalam persaudaraan manusia untuk bersatu serta bekerja bersama demi memajukan budaya saling menghormati dalam kesadaran akan rahmat ilahi yang agung, yang menjadikan semua manusia sebagai saudari dan saudara. Karenanya, dokumen tersebut akan selalu relevan dan signifikan dalam mewujudkan persaudaran antarumat manusia, apa pun agama dan kepercayaannya di seluas dunia dan sepanjang masa.

Tantangan Kita

Pokok-pokok seruan dokumen tersebut menjadi tantangan kita bersama untuk mewujudkannya. Setidaknya empat tantangan dapat menjadi perhatian kita bersama. 

Pertama, tantang membela yang dizalimi, terutama mereka yang dibunuh. Semua agama mengajarkan bahwa Allah melarang membunuh.

Ditegaskan bahwa siapa pun yang membunuh seseorang, ia bagaikan seseorang yang membunuh seluruh umat manusia, dan siapa pun yang menyelamatkan seseorang, ia laksana seseorang yang menyelamatkan seluruh umat manusia.

Kedua, sebagai insan yang percaya pada Allah dan pada perjumpaan akhir dengan-Nya dan penghakiman-Nya, berdasarkan tanggung jawab agama dan moral, kita wajib mengingatkan para pemimpin dunia serta para pembuat kebijakan internasional dan ekonomi dunia, untuk bekerja keras menyebarkan budaya toleransi dan hidup bersama dalam damai; untuk ikut campur tangan selekas mungkin untuk menghentikan pertumpahan darah dari orang-orang yang tidak bersalah serta mengakhiri peperangan, konflik, kerusakan lingkungan dan ke-merosotan moral dan budaya yang dialami dunia saat ini.

Ketiga, ajakan untuk menyadari bahwa krisis dunia modern ini terjadi karena ketidakpekaan hati nurani manusia, penjauhan dari nilai-nilai agama dan individualisme yang tersebar luas disertai dengan filsafat materialistis yang mendewakan manusia dan memperkenalkan nilai-nilai duniawi dan material sebagai pengganti prinsip-prinsip tertinggi dan transendental. Seraya menghargai buah positif dan hebatnya peradaban modern di bidang sains, teknologi, kedokteran, industri, dan kesejahteraan, terutama di negara-negara maju, kita diajak menyadari realitas kemerosotan moral yang mempengaruhi tindakan internasional dan melemahnya nilai-nilai dan tanggung jawab rohani.

Keempat, untuk setiap hati nurani yang jujur yang menolak kekerasan dan ekstremisme buta; tantangan terbentang agar menghargai nilai-nilai toleransi dan persaudaraan yang dikembangkan dan didorong oleh semua agama dan kepercayaan. Bahkan, tantangan bisa diubah menjadi undangan bagi semua orang untuk membangun rekonsiliasi dan mewujudkan persaudaraan di antara semua orang yang berkehendak baik apa pun agama dan kepercayaannya, demi mencegah kezaliman serta membela siapa saja yang dizalimi! [*]

Baca juga: Gara-gara Batalkan Pesanan, Wanita Ini Dianiaya dan Dilecehkan Driver Ojol

Baca juga: Alasan Nikita Mirzani Suka Buka Aib Orang Lain: Kebenaran Harus Diungkap

Baca juga: Ketua Panitia Nasional Musra Indonesia Sayangkan Tak Hadirnya Ganjar Pranowo dalam Musra XVII 

Baca juga: Fokus : Susahnya Jadi Anak Zaman Sekarang

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved