Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pendidikan

Beginilah Keseruan Eduwisata 47 Siswa Asal Tangerang di Semarang, 4 Hari Diajar Kemandirian

Para siswa yang berada di kota yang berbeda dengan orangtua harus beradaptasi dengan keadaan yang berbeda dengan di rumah.

Penulis: amanda rizqyana | Editor: deni setiawan
TRIBUN JATENG/AMANDA RIZQYANA
Puluhan siswa dari Sekolah Santa Laurensia Alam Sutera Kota Tangerang, Banten sedang belajar membatik di Zie Batik Gunungpati Semarang, Jumat (17/3/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Wisata edukatif atau wisata pendidikan atau yang populer sebagai eduwisata di Semarang, baik Kota Semarang maupun Kabupaten Semarang diminati oleh sekolah dari luar kota.

Hal tersebut terbukti dari puluhan siswa Sekolah Santa Laurensia Alam Sutera Kota Tangerang, Banten berwisata edukasi di Semarang.

Mereka melaksanakan kegiatan sejak Selasa (14/3/2023) hingga Jumat (17/3/2023).

Disampaikan oleh Handy Binawan selaku Wakil Kepala Sekolah Santa Laurensia Alam Sutera Kota Tangerang bahwa kegiatan ini tidak memperkenankan siswa membawa ponsel maupun jam pintar.

Para siswa yang berada di kota yang berbeda dengan orangtua harus beradaptasi dengan keadaan yang berbeda dengan di rumah.

Baca juga: Ini 4 Pelanggaran Pemilu 2024 Catatan Bawaslu Kota Semarang, Naya: Sudah Berkekuatan Hukum

47 siswa dan 6 guru pendamping mengikuti agenda kunjungan selama 4 hari.

Adapun rangkaian kegiatan tersebut, peserta merasakan pengalaman menganyam eceng gondok menjadi kerajinan di Bengok Craft Ambarawa Kabupaten Semarang.

"Mereka pun menjajal kereta diesel klasik dan belajar tentang sejarah kereta api Indonesia di Museum Kereta Api Ambarawa serta berdoa di Gua Maria Kerep Ambarawa," jelasnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/3/2023).

Hari berikutnya, para siswa mempelajari kopi mulai dari pengenalan jenis hingga proses pengolahan kopi sejak sangrai, giling, hingga diseduh di Pabrik Kopi Banaran dan Museum Kopi.

Mereka juga menjajal menanam padi mundur di sawah, bermain lumpur, mewarnai caping, dan belajar area sawah, rawa, dan sendang di Omah Pinter Petani Kelurahan Kandri Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Hari ketiga, para siswa belajar membuat batik dari pewarna alami di Zie Batik Gunungpati dan memulai proses pembatikan mulai dari desain batik, canting atau meneteskan lilin, pewarnaan, pencelupan, hingga pengeringan kain batik.

Baca juga: Harga Beras Meroket Jadi Rp 15.000 Per Kilogram, Pedagang Semarang Menjerit Minta Turunkan Harga

"Siswa juga belajar rekor yang berhasil dipecahkan di Indonesia di Museum Rekor Dunia Indonesia sekaligus menikmati jamu," terang Handy.

Para siswa juga merasakan tur berjalan kaki berkeliling Kota Lama Semarang.

Dari destinasi yang ia sebutkan tersebut memang tidak ada lokasi kunjungan wisatawan.

Hal tersebut memang merupakan upaya dari sekolah agar para siswa mengerti dan merasakan hal-hal yang belum pernah dikenal sebelumnya.

Awalnya para siswa membayangkan kotor dan berantakannya menanam padi di sawah, namun setelah terjun mereka justru menikmati aktivitas tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Nathan Imanuel Mahar siswa kelas 5F mengatakan bahwa dirinya baru kali ini menjajal pengalaman menanam padi.

Aktivitas menanam padi dan bermain lumpur di sawah yang baru kali pertama ia rasakan menurutnya seru.

"Tidak pernah menanam padi atau ke sawah sebelumnya, tapi nonton video di Youtube untuk tahu melakukan caranya," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/3/2023).

Puluhan siswa dari Sekolah Santa Laurensia Alam Sutera Kota Tangerang, Banten sedang belajar membatik di Zie Batik Gunungpati Semarang, Jumat (17/3/2023).
Puluhan siswa dari Sekolah Santa Laurensia Alam Sutera Kota Tangerang, Banten sedang belajar membatik di Zie Batik Gunungpati Semarang, Jumat (17/3/2023). (TRIBUN JATENG/AMANDA RIZQYANA)

Baca juga: FIK Unissula Semarang Helat Pelatihan Clinical Educator

Dari sejumlah aktivitas selama eduwisata, menurut Nathan, pelajaran dari sekolah yang diaplikasikan saat kunjungan di Semarang ialah bertanggung jawab dan mandiri.

Meskipun berhari-hari menjalani aktivitas penuh, ia masih bersemangat untuk menuntaskan petualangan baru di sejumlah daerah di Semarang.

Sementara itu, Sasi Syifaurohmi selaku Cofounder Zie Batik Semarang mengatakan, aktivitas para siswa membatik cukup baik.

Mereka antusias belajar tentang batik dan membatik di kain berukuran 50 x 50 sentimeter selama lebih dari 3 jam.

"Sayangnya, keterbatasan waktu belajar membuat para siswa tidak bisa langsung membawa pulang hasil karya mereka," ujarnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (17/3/2023).

Meski demikian, mereka tetap bisa menikmati hasil karyanya karena batik karya para siswa akan dikirim ke sekolah.

Agenda hari terakhir para siswa di Semarang sebelum bertolak ke Tangerang antara lain mengunjungi Museum Ranggawarsita, Museum Mandala Bakti, dan mengunjungi Panti Jompo Rindang Asih II Jalan Dr Ismangil, Bongsari, Kota Semarang untuk menghibur para penghuni panti jompo. (*)

Baca juga: Tempat Hiburan Wajib Tutup Selama Ramadan, Berlaku Tanpa Terkecuali di Jepara

Baca juga: INI Pertama Kalinya, Pemkot Tegal Raih APBD Award Kategori Realisasi PAD Tertinggi se- Indonesia

Baca juga: Tersangka Bertambah Lagi, Update Kasus Penipuan Cek Giro Palsu Senilai RP 17 Miliar di Purbalingga

Baca juga: 291 Perawat Masih Berstatus Non ASN, Pj Bupati Batang: Kami Upayakan Bertahap Ikut Seleksi PPPK

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved