Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Sidang Kasus Kematian Dokter Aulia

"Semua Mati Ga Hanya Risma" Tulis Zara Terdakwa Kasus PPDS Undip

Zara Yupita Azra (ZYA), mengakui tancaman yang ia berikan kepada  dokter Aulia Risma (ARL)

Editor: muslimah
INSTAGRAM
Vieta Ungkap Kondisi Ayah dr Aulia Risma Drop Seusai Pemakaman Putrinya, Muntah Darah Sampai Pingsan 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Zara Yupita Azra (ZYA), mengakui tancaman yang ia berikan kepada  dokter Aulia Risma (ARL) .

Semua itu akibat tekanan kerja yang juga didapatkannya.

Zara merupakan saksi mahkota sekaligus terdakwa kasus pemerasan dan perundungan di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip).

Sidang yang berlangsung di Pengadilan Negeri Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu (6/8/2025). 

Baca juga: Setelah Dokter Aulia Risma Meninggal, Taufik Perintahkan Mahasiswa PPDS Undip Ganti Handphone

Pada sidang tersebut, Zara hadir sebagai saksi mahkota untuk terdakwa Kepala Program Studi, Terdakwa Taufik Eko Nugroho dan staf administrasi PPDS, Sri Maryani.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Sandhy membacakan pesan yang dikirim oleh Zara.

Pesan itu berbunyi, "Sudah pada pintar sampai berani nggak respons. 4 tahun kalian sama aku. Kalian senggol aku, kalian respons masih jelek. Kupersulit hidup kalian selama masih di anastesi."

Pesan tersebut menunjukkan bahwa Zara berniat mempersulit hidup angkatan residen 77, termasuk dokter ARL, jika angkatan 76, yang terdiri dari Zara dan rekan-rekannya, mendapatkan hukuman karena kesalahan tugas yang diberikan kepada residen 77.

"Ku persulit hidupmu sampai kamu keluar dari anastesi. Sampai bulan depan full biru satu bulan, semua mati nggak hanya Risma," ungkapnya dalam pesan tersebut.

Zara tidak membantah isi chat yang dibacakan oleh jaksa dan menjelaskan bahwa pesan tersebut dikirim sebagai respons terhadap kesalahan yang sering dilakukan oleh angkatan dr. Aulia.

"Ya, secara umumnya memang pasti waktu itu kondisinya saya semester 2 dan adik-adik saya sudah masuk semester 1-nya angkatan 77, yaitu Almarhum sama angkatannya. Almarhum dan angkatannya itu semuanya banyak yang melakukan kesalahan," ujarnya.

Dalam sidang tersebut, Zara juga mengaku mengalami trauma selama menjalani pendidikan di PPDS Undip.

"Saya ada trauma. Kondisinya jam kerja panjang, beban kerja tinggi. Jadi kalau saya seperti itu, saya lelahnya luar biasa," ungkapnya.

Dia menambahkan bahwa tekanan emosional sering kali mewarnai hari-harinya selama di PPDS, terutama dari para senior.

"Capeknya luar biasa. Ditekan secara emosional. Pasti yang keluar kan nggak mungkin sesuatu yang bagus," lanjutnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved